PERBEDAAN BUKAN BERARTI MENJADI RINGKIH
Yogyakarta merupakan Kota Multi Kultur, hal ini tidak lepas dari keistimewaan Yogyakarta itu sendiri, Kota Yogyakarta sendiri masih sangat relevan dengan budaya saling menghormati, gotong-royong, tolong-menolong, hal ini apabila selalu diciptakan, akan menimbulkan sinergisitas di warga itu sendiri, sehingga siap membangun Kota Yogyakarta dalam Budaya menghormati perbedaan, hal ini dikatakan Wakil Walikota Yogyakarta Imam Priyono, dalam acara Paskah bersama dihalaman KampusIlmu Pendidikan Agama Katholik Universitas Sanata Dharma, Jalan Ahmad Djazuli 1 Kotabaru, Minggu (10/04).
Dikatakan, Perbedaan yang ada janganlah menjadikan ringkih, namu malah justru sebalikya harus dijadikan semangat, untuk saling membantu tolong-menolong dalam membangun kota ini. Terlebih kawasan Kotabaru merupakan daerah multi kultur yang sangat luarbiasa, mestinya harus benar-benar menerapkan Segoro Amarto, semangat Gotong Royong agawe Majune Ngayogyakarta.
“ Wilayah Kotabaru ini dialiri Sungai besar yang membelah Kota Yogyakarta, yakni Kali Code, mestinya penerapan semangat Segoro amarto selalu digaungkan agar, apabila terjadi luapan air, selalu bahu membahu, gotong royong tanpa ada perbedaan, kalau sudah bersatu kabeh nyawiji, menghadapi apapun akan terasa ringan, dan semua ini warga Kota Yogyakarta dan Indonesia pada Umumnya”, katanya.
Sementara itu Ketua Panitia FX Supardi Menjelaskan, Paskah bersama Tahun ini memang melibatkan semua warga Kota Baru, dan tidak diwarnai dengan upacara ritual keagamaan, namun diisi dengan senam bersama dan pemberian sembilan Bahan Pokok (sembako), serta hiburan berupa Barongsai.
“ Tahun ini merupakan tahun kedua kamo melaksankan peringatan Paskah bersama, namun baru kali ini yang kami laksanakan di luar ruangan, dan kami sengaja memang tidak mengadakan acara rutual keagamaan, hal ini kami lakukan agar masyarakat benar-benar membaur tanpa batas, sebab inilah semua warga Kotabaru, tanpa memandang ras suku dan agama, semua warga Kotabaru”, papar Supardi.
Menurut Supardi, apabila tahun yang lalu pihaknya hanya memberikan 100 bungkus sembako, ditahun ini bisa memberikan 125 bungkus sembago yang diberikan. Supardi mengaku, kegiatan seperti ini memang harus tetap dilaksanakan, bahkan akan menjadi agenda tahunan, dantidak saja berhenti pada pemberian sembako saja, namun meningkat yang lebih bisa dirasakan.
“Kedepan kami akan melakukan semacam bedah rumah, kecil-kecilan agar bentuan ini mengena sasaran dan benar-benar dinikmati penerima manfaat. Yang kami sasar nantinya mereka yang tidak bisa disasar oleh pemerintah atau badan lainya, karena keterbatasan legalitas status tanah, bukan kami melegalkan status tanah, namun hal ini kami lakukan atas dasar Kamanungsan, artinya kami membedah rumah agar lebih layak, tidak seperti itu, kalo masalah legalitas tanah itu tetap kewenangan Pemerintah, kita hanya berdasarkan rasa kemanusiaan saja”, pungkasnya.
Hal senada dikatakan Lurah Kotabaru, Riyan wulandari, pada dasarnya kegiatan sosial yang ada dimasyarakat, Kelurahan selalu mendukung semasih hal itu Positif, dan mesejahterakan masyarakat. Kegiatan yang ada dimasyarakat mestinya harus melibatkan semua pihak agar semua berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
“Kegiatan yang sifatnya sosial di Kotabaru sangat luarbiasa, dan hal ini bisa dilihat pada kegiatan-kegiatan seperti ini, semua warga masyarakat berkumpul bersama, tanpa ada perbedaan, hal ini mestinya akan semakin memperkuat kekompakan warga itu sendiri”, katanya.
Riyan berharap, kegiatan-kegiatan yang ada dimasyarakat mestinya jangan berhenti dikegitan sosial saja, kegiatan keagamaan, kegiatan kampung, kegiatan yang berbasis wilayah mestinya selalu ditingkatkan, agar kerukunan dan kekompakan Kota Baru semakin Regeng kedepannya.