Aktif di Ruang Publik, Perempuan Jangan Lupakan Ruang Domestik

Ketika krisis moneter menghantam Indonesia pada tahun 1997 dan 2008 silam, perempuan hadir sebagai garda depan penyelamat ekonomi. Kaum perempuan terbukti mampu menjadi penggerak ekonomi melalui usaha rumahan. Hal ini membuktikan bahwa perempuan sudah mampu keluar dari stigma kanca wingking menjadi lebih berdaya. “Peran perempuan di bidang ekonomi saat ini tidak kecil, pengalaman krisis moneter menjadi bukti bahwa perempuan mampu menjadi penggerak utama perekonomian keluarga dan masyarakat melalui usaha kecil, usaha kreatif, serta usaha rumahan.” Demikian diungkapkan Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan, Dra. Christian Lucy Irawati ketika membuka acara Seminar Peringatan Hari Kartini Kota Yogyakarta yang diselenggarakan pada hari Kamis (14/4) di Ruang Bima, Kompleks Balaikota Yogyakarta.

Lebih lanjut, Lucy menghimbau peserta yang terdiri dari anggota berbagai organsiasi perempuan se-Kota Yogyakarta untuk mengambil kesempatan yang ada  untuk memberdayakan dan mengembangkan  diri mereka. Menurut Lucy, saat ini perempuan memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan diri mereka, termasuk kesempatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta “Kota Jogja memiliki perhatian khusus pada perempuan, hal tersebut tercermin dari rancangan pembangunan maupun visi dan misi Pemerintah Kota. Perempuan di Kota Yogyakarta hartus memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengembangkan kemampuannya, selain itu beberapa posisi strategis di Pemerintah Kota Yogyakarta seperti Sekretaris Daerah dan Asisten, Camat, dan Kepala SKPD juga menjadi bukti bahwa Pemkot memberi kesempatan bagi perempuan untuk memberdayakan diri” Jelas Lucy

Namun demikian, Lucy mengingatkan agar wanita tetap memahami perannya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anak. Jangan sampai aktivitas di ruang publik membuat kaum ibu melupakan ruang domestik  “Jangan sampai aktif di ruang publik namun tidak bertanggungjawab di ruang domestik. Perempuan ibu akan menghasilkan generasi muda yang kurang baik” Pintanya.

Pergeseran paradigma sosial budaya mengenai perempuan saat ini memang telah membuka kesempatan yang luas bagi perempuan untuk mengembangkan diri, demikian bukan berarti perempuan masih bisa dengan leluasa mengembangkan diri mereka. Masih adanya kasus KDRT maupun human trafficking menjadi bukti bahwa perempuan belum bisa lepas dari belenggu patriarki, padahal perempuan memiliki potensi yang besar “Jika diberi peluang, wanita bisa mandiri. Wanita harus menjadi agent of change, mitra sejajar bagi pria dalam pembangunan, perempuan bukan lagi obyek pembangunan namun harus menjadi subyek” Pungkas Lucy.

Seminar yang diselenggarakan sebagai bagian dari peringatan Hari Kartini tahun 2016 ini mengambil tema “Dengan Semangat kartini Kita Perteguh Daya Cipta dan Kreatifitas Perempuan Masa Kini”. Menurut Lucy, Tema ini dipilih karena perempuan dengan daya cipta dan kreatifitasnya mampu menjadi penyelamat keluarga dan masyarakat saat krisis ekonomi. (ams)