Walikota Yogyakarta mengisi Kuliah Umum Mahasiswa Jurusan Politik Pemerintahan Fisipol UGM
Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti memberikan Kuliah Umum di Jurusan Politik Pemerintahan Fisipol UGM pada hari Jumat (20/05/2016). Yang menjadi topik kuliah adalah penataan kawasan Malioboro. Di awal kuliah, Haryadi menyampaikan visi Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi.
Haryadi melanjutkan produk dari instansi pemerintah adalah layanan kepada masyarakat. Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Dalam mengeluarkan kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta sudah lebih dahulu melakukan kajiaan-kajian. “Untuk membuat kebijakan yang perlu diperhatikan adalah kebijakan tersebut harus memiliki dasar hukum yang jelas,” katanya.
Pun dengan penataan kawasan Malioboro. Penataan kawasan ini sudah melalui kajian dan pemerintah juga bersinergi dengan para pemangku kepentingan termasuk akademisi. Kebijakan ini juga sudah diinformasikan kepada masyarakat dan disosialisasikan kepada para pemangku kepentingan yang terdampak.
Haryadi menerangkan penataan Kawasan Malioboro bukan hanya sekedar relokasi parkir. Penataan tersebut adalah bagian dari penataan sumbu filosofis dalam rangka penataan ruang kawasan cagar budaya sebagai amanah Keistimewaan Jogja. Kota Yogyakarta dibangun atas 2 konsep besar yaitu Sumbu Imajiner dan Sumbu Filosofi. Sumbu Imajiner Yogyakarta menghubungkan antara Pantai Laut Selatan ke Kraton dan Gunung Merapi.
Malioboro merupakan salah satu kawasan bagian dari aksis imajiner, yang menghubungkan Kraton Kasultanan Ngayogyokarta dengan Tugu Pal Putih. Kota Yogyakarta dibangun atas konsep sumbu imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi ,Tugu Pal Putih, Kraton Yogyakarta, Panggung Krapyak dan Laut Selatan. Nilai filosofis dari Panggung Krapyak ke Utara melambangkan perjalanan manusia sejak lahir hingga dewasa, sedangkan dari Tugu Pal Putih ke Selatan melambangkan perjalanan manusia untuk menghadap sang Khalik.
Tata ruang kota berdasarkan filosofi yang mendalam ini menjadikan kota Yogyakarta penuh dengan makna sejarah (historic city) dan penuh dengan filosofi (city of philosophy), bahkan merupakan “masterpiece of creative genius” yang dapat diusulkan sebagai Warisan Dunia (world heritage). Sebagai upaya untuk melestarikan dan mengembangkan Kota Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, diperlukan penataan Kawasan Malioboro dan penataan ruang jalan yang terintegrasi berdasarkan nilai-nilai filosofi yang dikandungnya serta menampilkan nilai-nilai luhur yang universal.
Dengan penataan kawasan Malioboro maka sisi timur akan menjadi zona semi pedestrian di sehingga zona parkir roda dua akan berada di TKP Abu Bakar Ali lantai 2 dan lantai 3. Dengan demikian tidak ada kegiatan relokasi parkir kendaraan roda dua, yang terjadi sesungguhnya adalah hanya penataan zona parkir. (Nade)