Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogya mencanangkan Program Ecobricks Kota Yogya 2016 yang bertempat di Gajahwong Educational Park, Jumat (3/6).

Ecobricks adalah pengolahan sampah plastik menjadi material ramah lingkungan. Ini merupakan upaya untuk mengurangi menumpuknya sampah plastik. Material ramah lingkungan tersebut dibuat dengan memasukkan dan memadatkan sampah plastik yang sudah bersih dan kering ke dalam botol plastik bekas serta menggunakan tongkat kecil untuk memadatkan sampah plastik ke botol tersebut.

Dalam sambutannya, Kepala Badan Lingkungan Hidup Suyana menyampaikan bahwa upaya-upaya inovatif dalam rangka mengurangi sampah di Kota Jogja, terutama sampah plastik harus mendapatkan dukungan.

“Tidak perlu memperdebatkan cara terbaik dalam menangani sampah, yang penting adalah bekerja bersama-sama dalam menangani sampah, salah satunya adalah dengan metode ecobricks ini," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut juga ditampilkan instalasi terbuat dari 2385 ecobricks yang dibuat dari sampah plastik yang dapat dibongkar-pasang, misalnya sebagai tempat duduk, mabelair dan balok bangunan.

Menurut Russell Maier, salah satu pelopor utama gerakan ecobrick dunia, plastik bisa diolah menjadi ecobricks dan mengolahnya menjadi barang yang lebih bermanfaat.

“Jogja adalah kota pertama di dunia yang secara formal mengadopsi ecobricking sebagai strategi pemerintah untuk mengatasi persoalan plastik di kota. Kami memberikan apresiasi kepada Pemkot Jogja melalui BLH yang berani menerapkan ecobricks sebagai program resmi,” tukasnya.

Dalam dua bulan terakhir, pasangan Russell Maier dan Ani Himawati telah bekerja bersama BLH Kota Yogyakarta, dan 405 bank sampah anggota Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Kota Jogja, memperkenalkan Ecobricks ke warga Jogja. Teknik mengepak sampah plastik di dalam botol plastik sudah menyebar di lebih seribu RT. Tambahan 5000an ecobricks diperkirakan sudah dibuat oleh warga dan disimpan sendiri di masing-masing rumah tangga di luar workshop resmi program BLH. (cok)