Selama Ramadan, 50 Dhuafa Ikuti Pesantren Kilat
Mengisi Ramadan 1437 H, sebanyak 50 kaum dhuafa mengikuti kegiatan pesantren kilat yang diselenggarakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Yogyakarta. Peserta yang terdiri dari penarik becak, kuli bangunan, pedagang keliling, pedagang asongan serta pedagang angkringan tersebut selama sebulan penuh mengasah mental spiritual mereka di Masijd Diponegoro, Kompleks Balaikota Yogyakarta.
Dijelaskan oleh Kepala BAZNAS Kota Yogyakarta, Prof.Dr. H. Muhammad, M.Ag, kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi bekal keagamaan bagi kaum dhuafa “kegiatan ini merupakan bentuk zakat produktif, tidak selamanya bantuan yang diberikan berupa materi. Ilmu kegamaan yang diberikan diharapkan mampu menjadi bekal bagi mereka dalam menjalani keseharian agar lebih dekat dengan Allah SWT. Karena bantuan berupa barang pasti akan habis sementara ilmu agama bermanfaat bagi bekal akhirat kelak” Jelasnya di sela-sela pembukaan Pesantren Ramadan, Kamis (9/6) malam di Masjid Diponegoro.
Ditambahkan oleh Muhammad, yang menjadi kesulitan bagi kaum dhuafa untuk menimba ilmu keagamaan selama ini adalah ketidaktersediaan waktu sebab mereka harus dihadapkan dengan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan materi “Di satu sisi mereka ingin meningkatkan iman dan taqwa, tapi di satu sisi mereka masih memikirkan pemenuhan kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Ini menjadi gagasan awal untuk mengangkat tema Golek Ganjaran Oleh Bayaran sehingga keduanya bisa berjalan beriringan” Tuturnya.
Selama mengikuti pesantren kilat ini, para peserta diasramakan dan mendapat berbagai fasilitas seperti konsumsi berbuka puasa, konsumsi tadarus Alquran, konsumsi sahur, perlengkapan mandi, Alquran, sarung, baju, kaos, peci dan tas. Selain itu di akhir penyelenggaraan, peserta juga akan memperoleh tambahan uang sebesar Rp 1 juta serta bingkisan lebaran. Dalam waktu luangnya, peserta juga diperbolehkan untuk berkegiatan di luar untuk mencari nafkah “Mereka bisa meningkatkan iman dan taqwa tanpa harus memikirkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari” Tandas Muhammad.
Diungkapkan oleh Misbachrudin selaku Wakil Ketua Pelaksana BAZNAS Kota Yogyakarta, antusiasme cukup tinggi. Dari target 50 peserta seluruhnya terisi. “Jumlah yang mendaftar cukup banyak sehingga kami terpaksa menolak karena kuota memang hanya 50. Ini berkaitan dengan anggaran dan ketersediaan tempat” Jelasnya.
Pesantren Ramadan ini merupakan penyelenggaraan yang kedua kalinya setelah pada tahun 2015 kemarin secara khusus menyasar penarik becak. Menurut Misbachrudin, penyelenggaraan tahun lalu berhasil memberikan dampak yang positif pada peserta “Kalau dulu ketika menunggu penumpang, para pengayuh becak biasanya tidur, sekarang ada beberapa yang mengisi waktu luang mereka dengan membaca Qur’an” Kata Misbach.
Kegiatan pesantren dimulai sejak waktu sahur, lalu dilanjutkan shalat subuh berjamaah, pengajian, dan tadarus. Selepas itu peserta boleh meninggalkan lingkungan pesantren untuk berkegiatan lain dan kembali lagi padawaktu dzuhur untuk kembali mengikuti kegiatan hingga malam hari. Khusus untuk tanggal 21 hingga 27 Ramadan nati, kegiatan akan ditambah dengan shalat tahajud dan i’tikaf.
Seorang peserta, Agus merasa senang dapat mengikuti kegiatan ini karena selain mampu meningkatkan pengetahuannya akan agama, ia tetap bisa mencari nafkah dan kebutuhan keseharian juga terpenuhi “Penting karena bisa jadi bekal akhirat nanti” Pungkas penarik becak yang sudah dua kali mengikuti Pesantren Ramadan ini (ams)