Masjid Jogokaryan Maju Wakili Kota dalam Lomba Masjid Besar Percontohan DIY

Masjid Jogokariyan maju mewakili Kota Yogyakarta dalam perlombaan Masjid Besar Percontohan DIY. Dikatakan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Yogyakarta, Sigit Warsita, Masjid Jogokariyan layak menjadi masjid percontohan di Kota Yogyakarta karena berbagai kegiatan yang dilakukan Masjid Jogokaryan mampu memberikan dampak positif, tidak hanya bagi warga di sekitar Jogokariyan, namun juga warga Kota Yogyakarta serta DIY “Kita melihat kondisi riil di Jogokariyan di mana masjid sangat fokus terhadap pembinaan serta kemakmuran jamaah, tidak hanya di bidang ibadah namun juga bidang lain seperti ekonomi, seni, dan budaya. Semua potensi masyarakat terakomodir di masjid ini” Demikian dijelaskan Sigit ketika ditemui di sela-sela acara penilaian perlombaan, Jum’at (12/8) pagi.

Selanjutnya, Sigit berharap Masjid Jogokariyan mampu melaju hingga ke tingkat nasional serta menjadi model masjid percontohan. Menurut Sigit, keberadaan Masjid Jogokaryan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan umat muslim di Kota Yogyakarta, bahkan DIY. “Masjid Jogokariyan sering menjadi tujuan studi banding dari masjid-masjid lain di wilayah DIY sehingga banyak masjid yang pembinaan ummatnya mendapat pengaruh dari Jogokarinya, di harapkan ke depannya masjid ini juga mampu menjadi percontohan bagi masjid-masjid lain di Indonesia” Ungkap Sigit.

Sementara itu,Antoni Hidayat selaku perwakilan dari Tim Juri mengaku terkesan dengan keadaan Masjid Jogokariyan, baik dari latar belakang berdirinya masjid, pengelolaan administrasi, serta berbagai kegiatan yang mampu memakmurkan masyarakat “Pengelolaannya sangat bagus dengan susunan kepengurusan yang sangat rinci dan komprehensif, demikian juga kegiatan-kegiatan yang mampi memakmurkan dan mengakomodir potensi ummat. Masjid Jogokariyan tidak hanya hidup, namun mampu menghidupi. Selain itu sejarah berdirinya masjid ini yang mampu mengubah masyarakat abangan menjadi santra sangat kental dengan heroisme” Tutur Antoni.

Dari awal sejarah berdirinya, Masjid Jogokariyan memang mampu mengubah Kampung basis komunis menjadi  kampung Islami. Berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan di Masjid ini tidak hanya membawa pengaruh positif bagi kehidupan bergama saja, namun juga kehidupan sosio-kultural warga Jogokariyan dan Kota Yogyakarta pada umumnya. Kegiatan seperti Sedekah Beras dan Kampung Ramadan Jogokariyan sedikit banyak telah berhasil meningkatkan perekonomian warga, selain itu berbagai kegiatan kemasyarakatan serta seni-budaya juga diwadahi oleh masjid ini melalui berbagai paguyuban seperti Bregada Prajurit Jogokaryo, Komunitas Djamboel (D'jamah Masjid Bersepeda Onthel), Paguyuban Jemparingan Parto Jogokaryo, Paduan Suara Senandung Masjid, Drum Band, dan Hafiah Tahfizh HAMAS (Himpunan Anak-anak Masjid Jogokariyan).  Tak hanya kegiatan, aspek administratif juga menjadi perhatian bagi pengurus masjid. Masjid ini memiliki database yang lengkap mengenai jama’ah, jumlah infaq, serta perkembangan mualaf di wilayah Jogokariyan “Dari database itu kami bisa mengetahui mana jama’ah yang aktif beribadah ataupun tidak dan dari situ kami bisa mengajak dan membimbing mereka” Ungkap Ketua Dewan Syura Masjid Jogokariyan, Ust. H. Muhammad Jazir, ASP

Lebih lanjut, menurut Ust. Jazir, kehadiran Masjid yang di tahun 2016 memasuki usia setengah abad ini juga mengingatkan kepada umat muslim untuk tidak melupakan identitas mereka sebagai orang Indonesia dan orang Jawa. “"Masjid Jogokariyan mampu membuktikan diri sebagai institusi yang tak mendikotomi identitas seseorang sebagai muslim, warga negara indonesia yang patriotik, sekaligus menjunjung akar budayanya sebagai orang Jawa. Hal ini dicerminkan dalam logo Masjid yang ditulis dalam tiga jenis aksara-bahasa, yakni Arab, Indonesia, dan Jawa". Pungkasnya (ams).