Cinta Mengajar, Tika Raih Predikat Pemuda Pelopor

Berangkat dari kecintaannya terhadap dunia pendidikan, Astika Lina Sari berhasil meraih juara sebagai Pemuda Pelopor untuk bidang Pendidikan tingkat Yogyakarta. Tentu prestasi tersebut tidak dirahi Lina, begitu panggilan akrabnya secara instan. Predikat sebagai pemuda pelopor bidang pendidikan diraih Rina sebagai hasil dari jerih payahnya membangun Bimbingan Belajar ASTYLV dalam enam tahun belakangan ini. Berangkat dari bimbingan belajar sederhana yang dirintis sejak Tika secara mandiri ketika masih berada di bangku SMK, ASTYLV kini telah berkembang menjadi bimbingan belajar yang memperkerjakan 66 tentor dengan lebih dari 200

“Berangkat dari ketertarikan saya terhadap dunia pendidikan dan anak-anak serta melihat kondisi di sekitar saya di mana semakin banyak orangtua yang tidak bisa mengikuti pelajaran masing-masing anaknya karena kesibukan, maka saya mulai merintis bimbingan belajar ASTYLV sejak tahun 2009” Tutur Tika ketika ditemui di sela-sela acara penjurian Pemuda Pelopor Tingkat DIY, Senin (22/8) siang di Balai Minggiran, Mantrijeron.

Ditegaskan oleh Tika, tidak seperti bimbel lainnya yang mengutamakan hasil, ASTYLV lebih mengutamakan proses sehingga peserta didik mampu memahami permasalahan yang dihadapinya hingga ke akarnya

“Saya memang berniat untuk mencerdaskan dan meningkatkan prestasi anak didik dengan proses-proses dasar yang sesuai dengan kurikulum sekolah masing-masing anak serta membantu anak didik pada proses belajar sesuai dengan peganggan buku yang diberikan sekolah masing-masing” Tutur gadis kelahiran 27 November 23 tahun lampau tersebut.

Tidak hanya berhenti di situ, Tika juga melakukan inovasi terhadap metode pembelajaran di ASTYLV, yakni melalui metode Glenn Doman. Dikatakan oleh Tika, metode tersebut awalnya dikenal untuk membantu anak-anak dengan cedera otak, namun oleh Tika, metode tersebut dimodifikasi dan diterapkan untuk membantu anak-anak tanpa cedera otak, tak dinyana hasilnya ternyata cukup memuaskan. Menurut pengakuannnya,  anak-anak didiknya mampu menangkap pelajaran yang diberikan dengan lebih cepat.

Diakui oleh Tika, dirinya tidak pernah mengira ASTYLV mampu menjadi seperti sekarang ini, menurutnya apa yang dilakukan berangkat dari gairah untuk mendidik, kecintaannya kepada anak-anak, serta semangat untuk turut mencerdaskan mereka. Semangatnya tersebut tidak berhenti sampai di ASTYLV saja. Wanita yang juga bekerja sebagai guru honorer di TK dan Kelompok Belajar Mutiara Quran’i Pugeran ini juga secara sukarela mengajar komputer kepada mahasiswi kebidanan asal Papua yang berasramakan di dekat rumahnya.

“Kenikmatan mendidik tidak bisa dinilai dengan materi, maka untuk jadi pendidik yang baik harus benar-benar memiliki passion di dunia pendidikan karena seperti kita tahu pekerjaan sebagai pendidik tidak menjanjikan materi yang berlebih, namun kita harus benar-benar mencintai peran kita sebagai pendidik, mantapkan tekad untuk mendidik sebagai wujud pengabdian pada negara” Tegasnya.

Disinggung mengenai harapannya ke depan, Tika berharap ia bisa mendirikan sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus, yakni anak-anak dengan IQ di bawah rata-rata dan kesulitan motorik halus. (ams)