2016, DBD di Kota Jogja Alami Peningkatan Signifikan

Tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta pada tahun 2016 ini menjadikan DBD sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).  Dari data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, jumlah kasus DBD di Kota Yogyakarta hingga bulan September mencapai 1285 kasus dengan 11 kematian.

“Hal ini sangat memprihatinkan mengingat tahun 2016 belum juga berakhir, padahal dari data tahun 2015 jumlah penderita mencapai 943 kasus dengan 11 kematian, berarti terjadi kenaikan jumlah kasus yang cukup signifikan sehingga perlu adanya evaluasi terhadap strategi pemberantasan DBD” Demikian dijelaskan oleh Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, drg.  Yuridia Amelia di sela-sela acara Pertemuan Koordinasi Kelompok Kerja Regional DBD, Kamis (13/10) pagi di Aula Dinas Kesehatan.

Ditambahkan oleh drg. Yuridia, lonjakan  jumlah  ini tidak hanya terjadi di Kota Yogyakarta, namun juga di DIY dan seluruh Indonesia. Pihaknya mengatakan, kasus DBD normalnya mengalami puncaknya di akhir tahun, namun pada tahun 2016 ini setiap bulannya, jumlah kasus DBD konsisten di rerata 100 kasus.

“Di tahun 2016, jumlah kasus selalu banyak padahal biasanya DBD mengalami peningkatan di akhir tahun, namun tahun ini setiap bulan selalu ada lebih dari 100 kasus, bahkan pada bulan Juni mencapai 205 kasus. Ada kemungkinan, hal ini dikarenakan cuaca yang tidak menentu” Tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun ini melakukan sejmlah strategi untuk menekan angka kasus DBD, di antaranya pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) berbasis masyarakat melalui program satu rumah satu jumantik serta kerjasama dengan Eliminate Dengue Project (EDP) dengan penyebaran nyamuk berwolbachia, yakni metode alami pengurangan penyebaran virus dengue dengan menggunakan bakteri wolbachia, sebuah bakteri yang mampu menekan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga diharapkan dapat menurunkan kemampuan nyamuk untuk menularkan DBD dari satu orang ke orang lain

Penyebaran wolbachia sendiri baru dilaksanakan di area barat Kota Yogyakarta, yakni Kecamatan Tegalrejo dan Kecamatan Wirobrajan. Saat ini proyek penyebaran wolbachia masih berada di tahap riset, dan pihak EDP masih memantau tingkat keberhasilan proyek ini dengan membandingkan dengan wilayah lain.

Walau demikian, menurut drg. Yuridia, di tahun ini tiga kelurahan yang menjadi daerah persebaran wolbachia, yakni Kricak, Tegalrejo, dan Wirobrajan justru menjadi daerah tertinggi dengan kasus DBD, dua kelurahan lain yaitu Rejowinangun dan Baciro.

“Dari lima kelurahan tersebut, tiga di antaranya merupakan wilayah penyebaran wolbachia, hal ini harus menjadi perhatian khusus, karena bisa saja karena sudah ada wolbachia, warga merasa sudah aman sehingga melupakan PSN dan kebersihan lingkungan, padahal unsur terpenting dari pemberantasan DBD adalah partisipasi aktif masyarakat,” Jelas drg. Yuridia.

Berangkat dari hal tersebut, Dinas Kesehatan akan melaksanakan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) oleh Pokjanal DBD Kota Yogyakarta. Tim Pokjanal yang terdiri dari lintas sektor ini selama bulan Oktober akan melaksanakan pemantauan jentik di 45 Kelurahan di Yogyakarta. Petugas akan melaksanakan wawancara dengan petugas surveilans kelurahan dan petugas DBD Puskesmas serta melakukan sampling terhadap 10 rumah di tiap Kelurahan. (ams)