PUSAKA MILIK PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA KIAYI WIJOYO MUKTI DI JAMAS

Tegaknya tombak pusaka Kyai Wijoyo Mukti, mengisyaratkan luluhnya pamoring Kawula-Gusti. Dalam dimensi vertikal, bermakna pasrah diri dan tunduk-tunduknya insan kamil ke haribaan Sang Khaliknya.

Pemerintah Kota Yogyakarta kembali melakukan Jamasan Tombak Pusaka Kyai Wijoyo Mukti, Jum’at (21/10) di Halaman Air Mancur Balaikota Timoho. Ritual Jamasan yang dipimpin oleh KRT. Gondo Hadiningrat  tersebut dihadiri oleh segenap pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Upacara Ritual Jamasan dimulai dengan mengeluarkan Pusaka Kyai Wijoyo dari Ruang Kerja Walikota Yogyakarta.
Pusaka diusung ke meja jamasan oleh beberapa pejabat Pemerintah Kota dengan pakaian adat Kraton Yogyakarta. Kemudian dilakukan siraman dan pembersihan badan pusaka yang dipandu abdi dalem Kraton Ngayogyakarto.

Pejamasan Tombak pusaka kyai Wijoyo Mukti dilakukan langsung KRT. Gondo Hadiningrat Tombak yang merupakan hadiah dari Sri Sultan HB IX kepada Pemerintah Kota Yogyakarta, dibuat tahun 1921 semasa pemerintahan Sri Sultan HB VIII. Menurut  Gondo, Tombak pusaka Kyai Wijoyo Mukti merupakan pusaka kebesaran Pemerintah Kota Yogyakarta. Pusaka tersebut disemayamkan di ruang kerja Walikota.

Dengan keberadaan tombak pusaka di ruang kerja tersebut, mengisyaratkan adanya pesan-pesan luhur kepada pemimpin untuk selalu memakmurkan rakyatnya yakni kemakmuran yang dinikmati oleh semua warga, seperti yang diisyaratkan dalam pamor wos wutah wengkon dan daphur kudhuping gambir. Senjata yang waktu itu biasa dipergunakan oleh prajurit Kraton tersebut mempunyai panjang 3 meter.  Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan daphur kudhuping gambir ini, landeannya sepanjang  2,5 meter  terbuat dari kayu walikukun, jenis kayu yang sudah biasa digunakan untuk gagang tombak dan sudah teruji baik kekerasan maupun keliatannya.

Dijelaskan KRT. Gondo Hadiningrat, kini, tombak pusaka “Kyai Wijoyo Mukti” yang merupakan pusaka kebesaran Kota Yogyakarta, disemayamkan di ruang kerja Walikota. Dengan Keberadaan tombak pusaka di ruang kerja terserbut, mengisyaratkan adanya pesan-pesan luhur/symbol kekuatan moral bagi pemimpin untuk selalu berusaha memakmurkan rakyatnya yakni kemakmuran yang dinikmati oleh semua warga, seperti yang disiratkan dalam pamor wos wutah wengkon dan dhapur kudhuping gambir. Simbolisasi tersebut kiranya sesuai dengan amanat gubernur DIY, bahwa dalam budaya Jawa, pusaka adalah lambang budaya ber-pamor agama. Makanya, pusaka bukanlah sekedar senjata, apalagi alat. pusaka adalah dwitunggal antara logam pilihan anti karat dengan unsur spiritual penciptanya, yang terpancar dari aura pamor-nya. Sehingga tegaknya tombak pusaka Kyai Wijoyo Mukti, mengisyaratkan luluhnya pamoring Kawula-Gusti. Dalam dimensi vertikal, bermakna pasrah diri dan tunduk-tunduknya insan kamil ke haribaan Sang Khaliknya. Dalam dimensi horizontal, mensyaratkan sosok pemimpin yang tanpa pamrih bersedia ngawulo, yang siap melayani rakyatnya dalam bentuk public services yang semakin baik, yang menghargai harkat dan martabat warganya.

Diharapkan pusaka tombak yang melambangkan keprajuritan serta semangat kesatriya ini dapat ,menjadi inspirasi dalam menata pembangunan lahiriah dan batiniah Kota Yogyakarta terutama dalam upaya untuki mewujudkan Kota Yogyakarta yang Berhati Nyaman (And- Rac)