Organisasi Perempuan Se-Kota Yogya Studi Banding di Kota Mataram.

Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (KPMP) Kota Yogyakarta dan Organisasi Perempuan Se-Kota Yogyakarta mengunjungi Pemerintah Kota Mataram, Kamis (20/10). Kunjungan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berorganisasi dan menambah wawasan tentang pemberdayaan perempuan dan organisasi perempuan.

Rombongan dipimpin oleh Kepala KPMP, Octo Noor Arafat. Peserta kunjungan berjumlah sekitar 40 orang tersebut diterima oleh Asisten Administrasi Umum Evi Ganevia di Pendopo Walikota Mataram. Turut hadir pula dalam pertemuan itu, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Mataram, H. Sutrisno dan Wakil Ketua TP PKK Kota Mataram, Kinnastri Mohan Roliskana.

Pertemuan dimulai dengan penyampaian sambutan Wakil Walikota Mataram, Mohan Roliskana yang dibacakan oleh Evi Ganevia. Dalam sambutannya, Mohan memberikan gambaran umum Kota Mataram. "Kota ini merupakan yang terkecil di Provonsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan luas 61,3 km². Terdiri dari 6 kecamatan dan 50 kelurahan," katanya.

Kota Mataram merupakan pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomian yang menjadi barometer bagi kota/ kabupaten lain di Provinsi NTB. Kota Mataram ditetapkan sebagai simpul utama transportasi, kegiatan perdagangan dan jasa skala regional dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional.

Sementara dalam RTRW NTB, Kota Mataram ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi Mataram Metro di bidang pertumbuhan ekonomi dan sebagai kawasan pariwisata dengan konsep MICE (Meetings, incentives, conferences,exhibitions). Kota Mataram juga adalah salah satu lokasi pengembangan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor Ekonomi Bali-NTB sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional.

Pemerintah Kota Mataram, lanjut Mohan, memberikan ruang besar bagi perempuan berpartisipasi dalam pembangunan melalui berbagai hal. Misalnya, melalui Posyandu, PKK, Gerakan Organisasi Wanita (GOW) dan Forum Peduli Air Susu Ibu (FPASI). Perempuan juga dilibatkan pada perencanaan pembangunan dengan persentase perempuan pada musyawarah pembangunan bermitra masyarakat (MPBM) sebesar 30 persen. Besarnya peran perempuan di Kota Mataram dapat terlihat dari Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) tahun 2015 sebesar 61,06. IPG merupakan indeks komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik.

Sementara itu Octo Noor Arafat menyampaikan tujuan kunjungan ingin melihat langsung kiprah perempuan di Kota Mataram. Pihaknya merasa perlu belajar ke daerah lain agar bisa mengembangkan wawasan dan berbenah diri. Pemerintah Kota Yogyakarta juga memberikan perhatian besar pada perempuan. Perempuan sering menjadi korban kekerasan oleh karena itu Kota Yogyakarta memiliki wadah yang menangani korban kekerasan.

Salah satu peserta kunjungan dari Yogyakarta, Dwi Astuti, perwakilan Perwosi Kota Yogyakarta menanyakan penanganan difabel di Kota Mataram. Kepala BPPKB Kota Mataram, Sutrisno mengatakan Pemerintah Kota Mataram memiliki komitmen yang tinggi terhadap penanganan difabel. Pemkot memberikan bantuan pendidikan dan membuat jalan yang bisa diakses difabel di taman bermain. Selain itu, difabel juga dilibatkan dalam berbagai kegiatan. Kunjungan  diakhiri dengan pertukaran cinderamata dan diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak.(Nade)