Ritual Kondur Gongso, Kembalinya Dua Gamelan Kraton Yogyakarta dari Masjid Kauman

Dua perangkat gamelan  Kyai Guntur Madu dan Nagawilaga yang ditempatkan selama satu minggu di halaman masjid besar Kauman Yogyakarta, Minggu malam, (11/12) dikembalikan ke  Keraton Ngayogyakarta.

Peristiwa kembalinya dua perangkat gamelan ini dikenal dengan sebutan Kondur Gongso. Dua perangkat gamelan pusaka milik Keraton Yogyakarta dibunyikan selama 7 hari berturut-turut di Pagongan Masjid Gede Kauman itu dikembalikan ke Bangsal Ksatriyan Keraton Ngayogyakarta.

Sebelum dikembalikan ke dalam Keraton Ngayogyakarta, dua perangkat gamelan tersebut, diberi sesaji seperti bungkusan makanan serta rangkaian mawar dan melati di Pagongan Lor dan Pagongan  Kidul.

Prosesi Kondur Gongso Sekaten 2016 didahului dengan prosesi menyebar udik-udik  oleh Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Pagongan Lor dan Pagongan Kidul Komplek Masjid Gede Kauman pada pukul 20.00 WIB

Usai menyebar udik-udik, Sri Sultan Hamengku Buwono X masuk ke dalam Masjid Gede Kauman untuk mengikuti acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan mendengarkan pembacaan riwayat Rasulullah Nabi Muhammad SAW oleh abdi dalem penghulu Keraton Ngayogyakarta.

Setelah dua gamelan pusaka kraton siap dibawa, Kyai Penghulu Masjid Gedhe beserta Walikota Yogyakarta mengantar prosesi Kondur Gongso hingga didepan regol Masjid Gedhe Kauman. Selanjutnya Walikota Yogyakarta memberi tugas kepada KMT. Dirjo Hadi Taruno untuk mendampingi dikembalikannya dua gamelan pusaka keratin tersebut.

Seperti ketika Miyos Gongso kemarin, ribuan orang selalu berdesak-desakan untuk bisa menyaksikan arak-arakan diusungnya dua gamelan pusaka Keraton tersebut.

Prosesi kondur Gongso ini merupakan rangkaian dari Prosesi Sekaten yang merupakan upacara tradisional memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW yang telah berlangsung ratusan tahun.

Segenap even budaya yang dilangsungkan juga berpusat di area masjid Gede Keraton yang dimaksudkan bisa mendatangkan masyarakat untuk kemudian melakukan ibadah di masjid ini. Perayaan Sekaten oleh Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat ini merupakan bukti ikut andilnya Raja-raja Mataram dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa sejak dulu. (Han)