Dirjen PAUD dan DIKMAS Resmikan Sekber Tempat Uji Kompetensi Harris: Ini Baru Pertama Kali di Indonesia
Direktur Jendral PAUD dan DIKMAS Kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI, Ir. Harris Iskandar, Ph.D meresmikan Sekretariat Bersama (Sekber) Tempat Uji Kompetensi (TUK) Kota Yogyakarta . Selain itu, Harris juga melantik para pengurus TUK masa bakti 2016-2020. Peresmian Sekber dan pelantikan pengurus dilaksanakan pada hari Kamis, (15/12/2016) di Kantor Dinas Pendidikan Jl. Hayam Wuruk Yoyakarta.
Ir. Harris dalam sambutannya mengatakan Sekretariat Bersama Tempat Uji Kompetensi (Sekber-TUK) di Kota Yoyakarta merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia.”Sepertinya Sekber Tempat uji kompetensi di Kota Yogyakarta ini, merupakan satu-satu di Indonesia. Ini baru pertama ada (di Indonesia),”ujarnya.
Harris sangat mengapresiasi inisiatip yang dimotori Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta itu. Dirinya berharap Kota dan Kabupaten lain di Indonesia dapat mengikuti langkah yang telah dibuat oleh Kkota Yogyakarta. “Inginya sih ada kabupaten/kota yang mau mengkuti atau copy paste,”imbuhnya.
Dikatakan, keberadaan Sekber itu untuk menjawab tantangan bangsa ini. “Tantangan yang dihadapi adalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Isu pekerja China sudah berdatangan. Semua membikin kita kuatir. Tapi eksennya mana? Sekber ini merupakan salah satu eksen untuk menjawab kekuatiran itu. Itu harus kita viral-kan. Kita harus kasi tahu, komentar ke semua media bahwa Jogja sudah memulai. Dari Jogja Kompeten, ke Indonesia Kompeten. Kan luar biasa itu,”katanya.
Menurut Harris tantangan kita adalah MEA. Sekarang tenaga kerja kita bukan saja bersaing di 34 propinsi tetapi 11 negara. Selain itu, populsi pendudk yang smakin meningkat juga menjadi tetantangan besar yang dihadapi bangsa ini. “Yang tadi target populasi kita hanya 250 jiwa sekarang kita bikin 600 juta. Jadi sudah sangat riil. Oleh karena itu kita harus memberikan respon yang riil juga. Bukan hanya kekuatiran yang terus terusan,”tambahnya.
Di tahun 2010-2035 ada bonus demografi. Sebenarnya ini bukan bonus tetapi menurut Harris adalah sebuah tantangan. Lebih tepatnya dikatakan tantangan demografi. Karena laju penduduk yang produktif melebih penduduk yang tidak produktif. Puncaknya di tahun 2028-2030 nanti, dimana setiap 100 pemuda (usia produktif) hanya menanggung 46 yang tidak produktif. Jadi dari sini ada kesempatan bangsa ini untuk melompat. Apa bila bonus demografi ini dikelola dengan baik maka pertumbuhan ekonomi bisa meningkat dobel digit.
Dari 120,8 juta tenaga kerja di Indonesia, lanjut Harris, yang punya ijazah SMA ke atas 40 persen, sedang 54 persen hanya tamatan SMP, SD. “Kalau begini mau produktif seperti apa? Bisa kita bayangkan tenaga kerja kita dengan tingkat pendidikan seperti itu,”ujarnya.
Pengangguran kita sekarang 6,2 persen atau sekitar 7 juta dari seluruh angkatan tenaga kerja (data terakhir). Kita tidak boleh membiarkan 7 juta angkatan muda ini tidak mempunyai keterampilan, tidak bisa bekerja dan tidak menghasilkan apa-apa.
Harris menambahkan keadaan angkatan kerja kita sekarang ini memiliki tingkat pendidikan rendah, akibatnya produktivitasnya juga rendah. Di tingkat Asean, Indonesia termasuk rendah. Karena angkatan kerja Indonesia kebanyakan hanya berijazah Sekolah Dasar. “Kalau bekerja di industri paling dia bekerja di line production, Asembly line dan bukan pada level menejemen yang bisa memproduksi sesuatu atau mendisain sesuatu. Ini adalah tantangan yang sudah sangat jelas,”tambahnya.
Tantang kita semua adalah, kebodohan, kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan antara kaya dan miskin, desa dan kota. Ini adalah masalah yang menahun di negara kita. Sekali lagi Sekber ini adalah sebuah respon yang perlu diapresiasi dan harus dikembangkan .
Rezim kualifikasi akdemik sekarang ini sudah mulai ditinggalkan, dan memasuki rezim kompetensi. Harris berharap kedepan perkembangan rezim kompetensi di masyarakat semakin menyebar dengan adanya sekber TUK. Ini menjadi teladan bagi kabupaten kota lainnya. Bukan saja Jogja yang kompeten tetapi Indonesia yang kompeten.
Sementara itu, PLT Walikota Yogyakarta Sulistyo, SH CN, Msi Dir. Peminaan mengatakan Uji kompetensi ini merupakan inovasi yang luar biasa dalam menyambut globalisasi yang ada sekarang. Sehingga menjadi sertifikasi yang berlaku di seluruh Indonesia . Sertifikat kompetensi ini dapat digunakan sebagai pengakuan bahwa orang yang pegang sertifikasi ini punya kemampuan di bidangnya. “Tidak hanya menunjukkan ijazah saja tetapi harus juga dilampiri uji kompetensi itu,” katanya.
Sulistyo berharap dengan adanya sertifikat kompetensi ini tenaga kerja di Indonesia khususnya kota atau DIY bisa diserap di perusahan yang membutuhkan tenaga kita.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Drs. Edy Heri Suasana. Keberadaan sekretaris bersama Tempat Uji Kompetensi ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam layanan yang berkaitan dengan informasi dan pencarian sertifikat kompetensi .menurutnya, Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompeten di tengah persaingan tenaga kerja di era globalisasi terlebih dalam era MEA ini.
Eddy menjelaskan, di Yogyakarta sudah ada 11 Lembaga yang siap menjadi Tempat Uji Kompetensi. Kesebelas lembaga itu adalah TUK Tata Busana-LKP Arimbi, TUK Bordir dan Sulam LPK Ar-rum, TUK Akupuntur dan Refleksi, Pekarya Kesehatan _LPK CD Betesdha, TUK Perhotelan Indonesa LPK Duta Persada, TUK Otomotif LKP IPTTI, TUK Tata Kecantikan Rambut dan Kulit dan Akuntansi LPK LPK Magistra Utama, Tuk Teknisi Akutansi dan Komputer SMKN 1 Yogyakarta, TUK Otomotif SMKN 2 Yogyakarta, TUK Elektronika SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta dan TUK Tata Boga SMKN Yogyakarta.
Pada kesempatan itu pula, Direktur Jendral PAUD dan DIKMAS Kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI, Ir. Harris Iskandar, Ph.D melantik pengurus Sekretariat Bersama Tempat Uji Kompetensi masa bakti 2016-2020. Drs, Bambang Irianto, M.Pd dipercaya sebagai ketua sekber. (@mix)