Jogja Garuk Sampah, Ajak Masyarakat Ikut Jaga Kebersihan Kota Yogya

Berawal dari keprihatinan beberapa anak muda di Yogyakarta akan banyaknya sampah di setiap sudut Kota Yogya membuat mereka berinisiatif membuat komunitas yang mempunyai visi dan misi untuk mengurangi sampah tersebut dan membuat Kota Yogya terlihat indah.

Akhirnya pada tahun 2015 mereka membuat komunitas yang dinamakan Jogja Garuk Sampah (JGS). Komunitas ini mempunyai kegiatan rutin yakni memungut sampah di setiap ruas jalan Kota Yogya.

Setiap Rabu malam komunitas ini berkumpul di suatu tempat dan kemudian membersihkan sampah yang berserakan di berbagai titik wisata Kota Yogya.

Biasanya komunitas ini berukumpul di kawasan Titik 0 KM, depan Benteng Vredeburg, Jembatan Sayidan, Maliboro, dan di tempat ramai pengunjung lainya. Komunitas ini juga membuka siapapun yang ingin ikut bergabung dan tidak ada batasan apapun.

Salahsatu anggota JGS, Kedunk Ussil menceritakan, pada awalnya, kegiatan bersih sampah tersebut hanya diikuti sekitar 10 orang. Namun perlahan, anggota kelompok tersebut tembus lebih dari 100 orang.

“Mereka yang ikut gerakan tersebut berasal dari berbagai latar belakang. Misalnya, ada yang dari pelajar, mahasiswa, guru, hingga dosen. Ada juga pedagang dan tukang becak yang aktif ikut JGS Sampah," katanya.

Kedunk menjelaskan dalam kegiatannya, para anggota JGS tidak sekedar memungut tapi juga memilah antara sampah yang masih bernilai ekonomis dan sudah tidak berguna.

Setelah selesai melakukan aksi pembersihan, sampah-sampah tersebut selanjutnya akan dipilih dan dispisahkan antara sampah anorganik dan sampah organik. Limbah yang sekiranya dapat dimanfaatkan kemudian dijual. Uang hasil penjualan disumbangkan kepada orang yang membutuhkan.

"Sampah yang bisa didaur ulang otomatis punya nilai ekonomi dan disumbangkan ke pemulung di lokasi yang kita bersihkan, yang lainnya dibuang di TPS," tambahnya.

Saat melakukan aksi pembersihan, komunitas JGS ini tidak hanya memungut limbah rumah tangga saja, tapi juga rumput liar dan sampah visual yang berupa poster iklan atau pengumuman event yang tertempel di dinding serta tiang listrik. 

Satu demi satu mereka cabut hingga trotoar dan pinggir aspal bersih dari rumput liar. Bahkan, dengan menggunakan sekop mereka membersihkan saluran-saluran air yang tertutup dengan tanah.

Untuk pemilihan lokasi, lanjutnya, biasanya salah seorang anggota mengusulkan. Namun kebanyakan memang di tengah kota Yogyakarta, terutama di perempatan-perempatan jalan protokol.

“Dipilihnya lokasi yang ramai karena disana volume sampahnya memang banyak dan agar warga dan pengendara bisa menyaksikan aksi kita sehingga mereka sadar dan tergugah untuk ikut menjaga kebersihan Kota Yogya” tandasnya.

Kedunk berharap komunitas JGS tidak abadi dan segera lenyap. Sebab, jika komunitas ini sudah tidak aktif melakukan kegiatan pembersihan lagi, dapat dipastikan semuanya telah bersih dan warga maupun wisatawan telah memiliki kesadaran membuang sampah pada tempatnya.

"Harapan saya, Garuk Sampah segera lenyap diganti dengan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi serta pemerintah yang mengedepankan kebersihan lingkungan," pungkasnya. (Han)