Cakruk Guyub Rukun Cerminkan Segoro Amarto
Keberadaan Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) hendaknya tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk menjaga kemanan lingkungan semata, namun juga dimanfaatkan sebagai ruang publik untuk sarana interaksi warga. Demikian hal tersebut disampaikan oleh Lurah Keparakan, Komaru Ma’arif, SIP dalam acara peresmian Cakruk Guyup Rukun di lingkungan RT 21, RW 05 Kampung Pujokusuman, Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Rabu (10/5) malam.
“Harapannya, cakruk ini tidak sekedar dimanfaatkan untuk poskamling, tapi juga ruang publik dan sarana komunikasi warga sehingga bisa nguri-uri nilai luhur guyub rukun. Hal ini penting karena saat ini semangat guyub rukun sudah semakin luntur sehingga kita mudah sekali dimasuki faham-faham yang merusak kebangsaan seperti komunisme gaya baru dan radikalisme agama” Katanya
Lebih lanjut Komaru berharap keberadaan cakruk ini juga mampu memperkuat predikat Kelurahan Keparakan sebagai Kelurahan Rintisan Budaya
“Kampung Keparakan, khususnya RW 05 selama ini sudah terkenal dengan orkes kentongan Suka Rena, di mana kentongan identik dengan kegiatan kamling. Adanya Poskamling ini bisa menjadi simbol yang mewakili Suka Rena dan mendukung kembali penggunaan kentongan dan kaderisasi Suka Rena untuk mendukung Keparakan sebagai Kampung Budaya” Imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Komaru juga mengapresiasi pembangunan Cakruk yang pembangunannya sepenuhnya atas swadaya warga ini. Menurut Komaru, hal tersebut sejalan dengan gerakan Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta atau Segoro Amarto yang digaungkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
“Cakruk ini mencerminkan nilai-nilai kemandirian, gotong-royong, dan kemandirian yang sejalan dengan Segoro Amarto. Hal ini harus diapresiasi karena warga tidak hanya pasif menunggu pemerintah, namun juga punya inisiatif sendiri.” Ungkapnya.
Senada dengan hal tersebut, Endang Murwati selaku ketua RW 05 mengungkapkan bahwa nilai kemandirian pembangunan di lingkungannya sudah diakomodasi melalui keberadaan Posdaya MASKARA 05 yang melibatkan Ketua RT/RW, serta tokoh-tokoh dari PKK, Bank Sampah, Jumantik, PAUD dan tokoh masyarakat.
“Kami mengadakan pertemuan rutin untuk membahas pembangunan di wilayah kami. Salah satu hasilnya adalah lampu penerangan jalan yang saat ini sudah menerangi 75% wilayah RW 05. Semua itu hasil rembug swadaya masyarakat” Jelasnya
Diungkapkan oleh Ketua RT 21, Muhammad Dahroni, penamaan Cakruk ini sesuai dengan semangat warganya dalam membangun wilayahnya, termasuk dalam pembangunan Cakruk tersebut.
“Setiap ada permasalahan di RT 21 selalu dibahas di forum sehingga menjadikan masyarakat di sini guyub rukun, termasuk pembangunan cakruk yang awalnya hanya direncanakan rehab ringan, namun karena guyub rukunnya warga, maka Cakruk Guyub Rukun bisa menjadi megah seperti ini” Tuturnya.
Ditambahkan oleh Kulup Bono, salah seorang Tokoh Masyarakat Pujokusuman, istilah cakruk sengaja dipakai sebagai bentuk dari pelestarian bahasa Jawa dan nama Guyub Rukun digunakan karena hal tersebut merupakan roh dalam bermasyarakat.
“Guyub artinya bebarengan tumindak atau tindakan yang kasat mata, sementara rukun artinya ora padha sulaya yang harapannya segala masalah bisa dirembug bersama, tanpa ada yang nggresula di belakang” Imbuhnya (ams)