Deteksi Resiko Penyakit Tidak Menular, Dinkes Luncurkan Posbindu

Kini cek kesehatan tidak perlu susah-susah, karena Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Yogyakarta telah meluncurkan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular bernama Posbindu PTM Krishna Husada yang akan melayani seluruh karyawan di kompleks Balai Kota Yogyakarta.

Layanan gratis alias bebas biaya ini resmi diluncurkan oleh Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Titik Sulastri di ruang bima kompleks Balai Kota, jum’at (28/7). Rencananya akan dilaksanakan sekali dalam sebulan.

“Posbindu ini diluncurkan sebagai langkah Pemkot untuk mendeteksi dini sekaligus pemantauan faktor resiko penyakit tidak menular atau PTM di lingkungkan Balai Kota Yogyakarta,” papar Titik Sulastri saat membacakan sambutan Wali Kota.

Ia menyebutkan, penyakit tidak menular merupakan tantangan yang dihadapi saat ini mengingatkan grafiknya yang selalu meningkat. Menurutnya peningkatan tersebut diperngaruhi oleh perubahan gaya hidup masyarakat.

Oleh karena itu, ia khawatir penyakit tidak menular dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa. “Hal ini disebabkan PTM sudah tidak lagi didominasi penduduk usia lanjut, namun sudah banyak menjangkiti penduduk usia produktif sehingga mengganggu kontribusi penduduk pada usia produktif ini pada pembangunan,” paparnya.

Selain itu gerakan tersebut juga selaras dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang sudah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Gerakan tersebut menjadi titik balik kebangkitan seluruh komponen bangsa untuk secara sadar, mau dan mampu berperilaku sehat guna meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

“Salah satu caranya melalui Posbindu yang terbentuk dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,” imbuhnya.

Ia mengajak seluruh pegawai Pemerintah Kota Yogyakarta agar menjadi agen perubahan sekaligus menjadi contoh bagi elemen masyarakat lain dalam menjalani periaku hidup sehat ditengah-tengah aktifitas tugas-tugas pelayanan publik yang menyita waktu, tenaga, dan pikiran.

“Manfaatkanlah Posbindu Penyakit Tidak Menular ini untuk melakukan deteksi dan pengendalian dini keberadaan faktor resiko Penyakit Tidak Menular,” tandasnya.

Wali Kota berharap seluruh pegawai di lingkungan Balai Kota untuk selalu berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ia meminta agar mereka tidak sungkan malu ataupun minder dengan segala keluhan kesehatan yang dimiliki.

“Sebab pemeriksaan dini yang dilakukan saat ini akan sangat menentukan kualitas hidup kita kelak,” imbuhnya.  

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Fita Yulia Kisworini menambahkan, Penyakit tidak menular sering dianggap tidak berbahaya dibanding penyakit menular. Padahal menurut data Dinas Kesehatan pembunuh nomor satu justru masuk pada kategori penyakit tidak menular seperti serangan jantung, diabetes, ginjal, dan lain-lain.

“Data WHO melaporkan 70% kematian dini disebabkan oleh penyakit Jantung, Diabetus melitus, Kanker dan Stroke,” urainya.

Sebagai faktor risiko penyakit tidak menular, sambungnya, antara lain disebabkan oleh gaya hidup masyarakat masa kini yang tidak sehat seperti obesitas,  stres yang tinggi, asupan gizi tidak seimbang (rendah serat, tinggi lemak dan garam), merokok, serta kurang aktivitas fisik).

“Posbindu ini didasarkan pada Keputusan Presiden  No 22 tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja dan Permenkes no 71 tahun 2015 Tentang Penanggulangan PTM,” jelasnya.

Ia menambahkan, hasil kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan peningkatan kasus PTM,  di kalangan penduduk umur 25 tahun keatas terdapat 27%. Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 DIY menduduki peringkat pertama kasus PTM dan  kesehatan jiwa.

Sementara di Kota Yogyakarta berdasarkan data tahun 2016 hasil pemeriksaan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di SKPD sejumlah 43,56% (301) adalah cholesterol tinggi dari jumlah peserta yang diperiksa sejumlah 691, Hypertensi 32% (222), Diabetes mellitus 4,5%  (31). (Tam).