Malioboro Dibersihkan, PKL Libur Sejenak, Sri Sultan : PKL Malioboro Adalah Kekuatan Ekonomi Yang Luar Biasa
Kawasan Malioboro pada hari Selasa Wage, (26/09/2917) pukul 00.00 wib bersih dari kegiatan para Pedagang Kaki Lima (PKL). Selama 24 jam Malioboro tidak ada aktivitas jual beli dari PKL.
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan sebuah kekuatan bagi golongan ekonomi kelas menengah ke bawah untuk bertransaksi. Demikian ungkap Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat meninjau kegiatan Reresik Malioboro, Selasa wage, (26/09/2017) siang.
Menurut Sultan kawasan Malioboro apabila sudah ditata baik dan bersih, dapat digunakan oleh masyarakat seniman menggelar pameran karya seni mereka. “Misalnya, Selasa Wage pada bulan November misalnya. Ada festival patung dari para seniman di Malioboro. Ini luar biasa dan bisa menjadi kekuatan baru untuk dipromosikan, “ ujar Sultan. Sri Sultan berharap dengan adanya speis pedestrian yang luas akan memberikan kesempatan bagi warga masyarakat terutama para seniman menggelar karya mereka di kawsana pedestrian Malioboro.
Sultan juga menghimbau agar masyarakat ikut menjaga Malioboro. Contoh kecil misalnya tindakan tidak membuang sampah sembarangan. Dikatakan mungkin saja warga Yogyakarta sendiri sudah sadar untuk tidak membuag sampah di Malioboro tetapi bagaimana dengan perilaku mereka yang datang dan berkunjung ke Malioboro. Untuk itu membutuhkan kesabaran untuk menyadarkan perilaku tertib dan disiplin membuang sampah pada tempatnya bagi semua orang yang datang ke Malioboro.
Sementara itu, Walikota Yogyakarta H. Haryadi Suyuti mengatakan program resik Malioboro pada setiap hari Selasa Wage ini bukan semata mata program mengosongkan, tetapi lebih pada bagaimana teman teman PKL mengosongkan Malioboro dari kegiatan usaha mereka pada hari Selasa Wage. Sehingga pada waktu itulah kami (Pemerintah Kota Yogyakarta) atas ijin dan suport Pemda DIY memperkuat posisi Malioboro. Sehingga Sultan mengapresiasi adalah para pedagang mengiklaskan dirinya untuk tidak berdagang di hari Selasa Wage.
Haryadi menambahkan kegiatan ini merupakan awal dari program bersih Malioboro. “Ini baru awal. Harapan kami dan doa kami kegiatan ini diteruskan pada setiap Selasa Wage. Tapi perlu diingat, ini bukan pengosongan (PKL). Sementara pedagang mengosongkan diri,” tegas Haryadi.
Menurut Haryadi dengan adanya pengosong diri dari para PKL ini memberi kesempatan kepada pemerintah kota Yogyakarta untuk membersihkan gorong gorong, mengecat tembok banguanan, menambal yang pecah dan lain sebagainya. Kalau setiap hari di sini, kapan waktunya,” ujar Walikota.
Dikatakan, pengosongan kegiatan berdagang di kawasan Malioboro merupakan kesepakatan dari para pedagang itu sendiri. Pemerintah hanya ikut membantu agar kawasan Malioboro dari depan hotel Natur Garuda hingga Titik Nol bersih dan tertata rapi. Sehingga masyarakatpun dapat menikmati suasana santai dan berselfie di setiap hari Selasa Wage.
Lebih lanjut Walikota Yogyakarta menambahkan untuk penataan PKL yang lebih baik lagi sedang dibicarakan dengan Gubernur DIY. Penataan PKL yang dimaksud bukan saja model dan warna tenda PKL yang semuanya biru tetapi juga termasuk seragam bagi para PKL dan speis tertentu. Penataan akan disesuaikan dengan kondisi dan suasana yang ada di malioboro. Misalnya, meja untuk jualan dan lainnya disesuaikan dengan suasana dan kondisi yang ada di Malioboro. (@mix)