Tekan KDRT, Pemkot Bahas Kemandirian Perempuan
Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak menggelar seminar peringatan hari ibu ke-89, Rabu (20/12) siang di Gedung Bima Balaikota Yogyakarta. Mengusung tema “Kemandirian Perempuan Yang Bebas Dari Kekerasan Menuju Hidup Damai Dan Sejahtera,”. Pemkot berharap angka kekerasan dalam rumah tangga akan semakin berkurang.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat dalam sambutannya mengatakan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Yogyakarta mencapai angka 85,32 sekaligus menjadi indeks pembangunan manusia tertinggi diantara kebupaten kota yang ada di Indonesia.
Dengan beberapa indikator yakni harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup. “Namun, tingginya indeks pembangunan manusia yang ada seimbang dengan kesenjangan ekonomi di Yogyakarta yang juga menempati tingkat tertinggi dengan angka 0,42 dengan rasio nasional 0,33,” imbuhnya
Permasalahan sosial yang terjadi di DIY banyak disebabkan kurang berfungsinya fungsi keluarga. Perkembangan teknologi memicu perubahan nilai, baik nilai budaya lokal maupun nilai sosial
Tercatat dari data Kementrian Agama DIY kualitas keluarga yang ada di Yogyakarta mengalami kenaikan dalam bidang perceraian. Pada tahun 2015 di DIY tercatat 5221 kasus dan pada tahun 2016 menigkat menjadi 5492. Sedang kasus percerain di Kota Yogyakarta pada tahun 2015 mencapai 592 dan meningkat menjadi 633 pada tahun 2016.
“Penyebab KDRT diantaranya adalah kasus ekonomi, pasangan meninggal dan juga perselisihan,” tandasnya.
Hal tersebut, menurutnya dipengaruhi oleh peran seorang perempuan dalam keluarga. Untuk itu ibu harus menjadi madrasatul ulaa pendidik yang utama. Menjadi sekolah yang utama bagi anak, remaja, dan keluarga. Untuk membangun kualitas anak, kualistas remaja dan kualitas keluarga kita.
“Kami berharap dari seminar ini akan melahirkan kemandirian perempuan, terbebas dari kekerasan menuju kehidupan yang damai dan sejahtera,” ucapnya.
Untuk itu, Octo mengaku telah melakukan sejumlah upaya yakni, selain inisiasi dengan kecamatan, kelurahan juga dengan diadaknya program-program berbasis masyarakat dibidang ekonomi seperti kelompok rintisan usaha. Selain itu juga bekerja sama dengan Kementrian PPPA Desa Prima.
”Desa Prima merupakan Pendampingan kepada kaum perempuan untuk bisa secara ekonomi dan mandiri bisa berkembang. Selain itu juga dilakukan upaya pencegahan dimasyarakat melalui satgas,” urainya.
Sementara itu, Pakar Psikologi dari UGM Budi Andayani yang juga sekaligus pembicara dalam seminar peringatan hari ibu ke-89 mengatakan bahwa kemandirian perempuan dapat menjadi kontribusi dalam membangun kehidupan yang lebih baik.
“Mandiri bukan berarti tanpa batas, karena dibatasi oleh hak orang lain terlebih lagi ketika sudah berkeluarga”, katanya.
Sementara itu untuk mencegah KDRT adalah dengan meningkatkan rasa saling kepedulian. Berkomunikasi untuk saling mengerti dan memahami dan sepakat tentang bagaimana menjalani kehidupan berkeluarga. (Afina Putri/Tam)