Tampil Trendi Dengan Produk Cantik Decodian Art Handycraft Milik Nur Diana Hidayati

Tak bisa dipungkiri bahwa naluri setiap wanita ingin tampil cantik dan memesona dihadapan orang.  Aksesoris yang dikenakan akan menjadi bagian yang  penting. Perpaduan busana, tas dan dompet akan memberi  aksen khusus pada setiap penampilan.   Maka tak heran banyak kocekpun akan dikeluarkan. Maklum ada pemeo Ingin  cantik harus ragat (keluarkan biaya). Benarkah itu?  Tentu saja tidak. Tas dan dompet buatan  Decodian ( Decoupage On Handycraft) milik Nur Diana Hidayati  menepis anggapan bahwa untuk tampil cantik  harus mahal. Cukup dengan dana yang terjangkau (murah) tas dan dompet trendi akan menjadi milik anda.


Tujuh buah  tas jingjing cantik dari anyaman pandan dan rotan tertata rapi di rak kayu  bertingkat empat. Sementara, disebelahnya sebuah rak bambu bersusun empat  berisi tas berukuran kecil. Pada tingkat ketiga  ada beberapa kotak tisu dan  paling atas berjejer dompet berbagai ukuran. Di tengah-tengah kedua rak ada gantungan 'cowboy' terbuat dari batangan bambu yang  masing masing ruas bergantungan dompet mini berbentuk lucu dan unik. Semua produk terbuat dari anyaman daun pandan, lontar dan rotan. Uniknya, semua produk  bermotif bunga, hewan dan pemandangan itu  dikerjakan dengan teknik decopas (decoupage) atau menggunting dan menempel. Semuanya adalah produk unggulan Decodian (Decupage on Handycraft)  milik Nur Dianan Hidayati.

Sesuai dengan namanya, Decodian ( Decoupage On Handycraft) memiliki  keunggulan pada ornamen yang digunting dan ditempel pada media berupa tas atau dompet. Media terbuat dari anyaman daun pandan, lontar, agel atau rotan.

Nur Diana Hidayati  menjelaskan  “Decodian” berasal dari bahasa Italia Decoupage (Decopas) yang berarti seni menggunting dan menempel. Yang digunting menurut Diana berbahan dasar tisu atau kertas. Namun  untuk saat ini, Decodian baru menggunakan  tisu bermotif bunga, hewan, dan pemandangan.  Guntingan tisu bermotif  itu kemudian ditempalkan pada media  tas, dompet, dan  tempat (kotak) tisu. Seni decopas tidak terbatas pada media anyaman rotan, lontar dan pandan saja. Seni decopas bisa juga ditempelkan pada media lain seperti keramik, kayu, plastik.  Namun untuk sementara ini, Decodian hanya berfokus pada media anyaman rotan dan pandan saja.

Nur Diana Hidayati  dengan Decodiannya boleh  dibilang masih baru menggeluti usaha seni decopas, namun usaha yang baru seumur jagung itu telah  memberi hasil yang cukup baik.  Usahanya mulai  dirintis tahun 2016. Tahun  ini telah memasuki tahun kedua. 

Beberapa bulan menggeluti usaha decopas, Nur Diana bergabung dengan Forum Komunikasi UMKM kecamatan Pakualaman.  Forum ini merupakan kelompok  binaan dari Dinas Koperasi, Tenaga Kerja dan UKM, Nakertrans  Kota Yogyakarta.  Setelah bergabung di Forkom UMKM ini Nur Diana banyak mendapatkan fasilitas  berupa pelatihan dan kesempatan pameran, ekspo atau bazar.  Diana pernah diajak  berpameran ke ‘Pontianak Expo’ dengan produk decopasnya. Di tingat  lokal Diana sering diajak mengikuti pameran, salah satunya  di Gebyar UMKM serta pada setiap hari Rabu di Balaikota Jogja.

Untuk mendapatkan media (tas dan dompet) , Diana bekerjasama dengan pengrajin lain. Diana saat ini  mengambil  di pasar tradisional Beringharjo Yogyakata.  Media yang dibeli masih polos, belum  diberi ornamen apapun. Di tangan Diana media ini kemudian ditempelkan gambar sesuai dengan selera atau pesanan konsumen dengan teknik decopas. Bahan  baku  tisu bergambar tidak sulit didapatkan. Ada toko khusus menjual kebutuhan Decopas. Dalam sehari Diana biasa menghasilkan tiga produk (tas). Satu produk  biasanya dibutuhkan waktu dua jam untuk menyelesaikan dari menggunting pola hingga menempelkan pada media.

Produk Decodian lebih didominasi motif bunga. Karena menurut  Diana motif bunga masih menjadi kesenangan bagi konsumen yang sebagaian besar kaum perempuan. Namun demikian  Decodian Diana juga menyediakan motif lain seperti hewan (animal printing) dan pemandangan berdasarkan pesanan.  Kalau dua motif  terakhir ini biasanya dipesan oleh kaum laki laki.

Untuk merintis usahanya, awalnya Diana hanya bermodalkan niat.  Mengingat  sebelumnya Diana merupakan seorang karyawati  kantoran  yang bekerja dengan jadual waktu yang pasti dan teratur.  “Kalau kerja kantoran sudah ada petunjuk teknis (juknis) yang jelas,tetepi kerja sebagai wiraswasta harus mengatur diri sendiri mulai mngelola waktu, dan produknya.Modalku hanya niat dan dana lima ratus ribu rupiah ,” ujar mantan karyawati sebuah perusahan swasta ini.

Dengan dana Rp. 500.000,- ini  Diana membeli beberapa media berupa dompet dan peralatannya berupa kertas tisue bergambar untuk mencoba membuat pertama kalinya. Alhasil, produksi awal Diana ternyata mendapat sambutan baik dari konsumen. Hasil dari penjualan awal ini kemudian dibelanjakan kembali untuk membeli produk yang lebih besar seperti tas. Dan hal itu terus dilakukan hingga saat ini.

Diana menceritakan awal penjualan produk decopas hanya ditawarkan melalui media on line (tokopedia). Selain itu,  Diana juga rajin memasarkan melalui  media sosial seperti instagram, whatsapp, line, facebook dan lainnya.  Dirinya mengakui pembeli produknya  masih dari tingkat lokal, Indonesia.  Diana juga banyak mendapatkan pembeli yang datang langsung ke workshop atau  showroom-nya yang berada di Jl. Ki Mangunsarkoro Nomor 36 Pakualaman Yogyakarta, 55111.  

Harga  yang dipatok sangat terjangkau, berkisar antara Rp. 50.000 hingga Rp.650.000. Untuk dompet berukuran kecil dihargai sekitar Rp. 50 ribu. Sedangkan yang termahal adalah tas anyaman rotal bermotif dengan diberi lis berbahan kulit sapi atau domba.

Dari hasil penjualan produk decopas itu , Diana bisa meraup keuntungan bersih lebih dari Rp. 1 juta. Menurutnya hasil ini sudah lumayan bagi pemula. Tren penjualan terus meningkat dan harapannya akan melebihi angka Rp. 1 juta.  Dirinya berharap di tahun 2018 ini permintaan produknya semakin banyak dan bisa merambah ke pasaran luar negeri.  Diakuinya  bahwa untuk saat ini masih melayani  pasaran di dalam negeri. Diana pernah mendapatkan pesanan dari Nabire, Merauke Papua Barat , dan ini merupakan pesanan terjauh.  Selebihnya Diana melayani  pembeli lokal.

Sebagai pemula yang bermain di dunia wirausaha, Diana mengakui banyak menemui  tantangan.  Dia menyadari dunia yang digeluti saat ini adalah dunia mode, dimana ada pasang surutnya.  Namun hal itu tidak membuat perempuan muda berjilbab ini patah arang. “Saya menyadari,  handmade  itu sama halnya dengan dunia mode. Trennya ada naik ada turun.  Apalagi produk saya inikan  handmade (buatan tangan). Seperti mode itukan ada masanya dia itu tinggi, hits banyak disuka banyak orang, tapi  ada masanya dia jenuh. Dan itu akan berimbas  ke hasil penjulan, jadi sepi.  Kalau saya selalu optimis. Turun naiknya pendapatan itu merupakan sebuah proses. Jalani saja dengan niat yang baik, pasti berhasil,” ujarnya optimis.

Selama setahun ini usahanya  bisa dibilang berjalan stabil, artinya penjualannya  tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Selain menjual sendiri dan melalui media daring (online), Diana juga dibantu reseller (penjual yang yang membeli kemudian memasarkan kembali).

Diana mengajak  masyarakat mencintai dan menghargai produk handmade  dengan membelinya. “Karena dengan membeli kerajinan buatan tangan para pengrajin itu, secara tidak langsung pula akan menumbuhkan UMKM dan pengrajin yang membuat produk itu sendiri. Jadi efek domino positifnya itu banyak, “ harap Diana.

Peran Serta Pemkot Yogyakarta

Diana mengatakan  selama ini pengrajin  sangat dibantu oleh Dinas Koperasi, Tenaga Kerja dan UMKM, Nakertrans  Kota Yogyakarta . Melalui Forum Komunikasi UMKM kecamatan, mereka diberi kesempatan untuk  mempromosikan produknya di XT Square.  Diana dan pengusaha pemula diberi diklat  seperti pelatihan manajemen pembuatan laporan keuangan dan pekejing . Para pengrajin juga diberi fasilitas untuk mendaftarkan HAKI  secara gartis.  

Produk  Decopas milik  Diana dijamin berkualitas tinggi dan memenuhi keinginan dan selera konsumen.  Karena pemilihan bahan dan proses pengerjaan dilakukan dengan cermat, sehingga  menghasilkan tas, dan  dompet yang berkualitas.  Siapapun yang memakai  produk decopas  dari Decodian  dijamin tampil trendi dan ’fashionable’. Untuk itu jangan lupa,  mengoleksi produk Decodian milik Nur Diana Hidayati.  Alamat Workshop dan Showroom di Jalan Ki Mangunsarkoro Nomor 36. Yogyakarta telepon 081808783552. (Instgram : @decodian, Line : ndhidayati, Facebook : www.facebook.com/decodianart)

Produk Decodian ( Decopage on handycrat) : Kipas mini, dompet mini, pouch selempang, pouch, kelom Sepatu selop perempuan, cluth lntas, , clucth padan croco, Kotak Tisu, handbag pandan croco, handbag pandan, totebag rotan, handbag stripes, handbag pandan jeans, handbag pandan bantal, gantungan kunci, Dompet kartu nama/uang logam, clutch pandan spek rantai,  tas belaja lipat, hanbag pandan/e kayu, handbag pandan goni, hand bag pandan gelombang cinta, dan tas seminar pandan. (@mix)