Warga Sanggrahan Panen Raya Kelengkeng , Wawali: Ikon Baru Destinasi  Wisata Kuliner Buah

Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam X dan Wakil Walikota Yogyakarta  Drs. Heroe Poerwadi MA.  bersama warga masyarakat  Sanggrahan kelurahan Giwangan Umbulharjo Kota Yogyakarta melakukan panen raya buah Kelengkeng. Momentum panen raya ini pula menandai ikon baru kampung Sanggrahan sebagai  kampung buah Kelengkeng.  Kelengkeng yang dipanen pada Selasa, (20/02/2018) itu merupakan pohon yang ditanam pada pada tahun 2015 lalu.

Wakil Walikota Heroe Poerwadi mengatakan pada awal tahun 2015 wilayah Sanggrahan ditanami sektar 170-an pohon kelengkeng. Kemudain  pada tahun 2017 ditambah 150 pohon lagi. “Yang dipanen adalah tanaman yang ditanam tahun 2015,” ujar Heroe Poerwadi, di  RTHP Sanggrahan, RW 10 Giwangan.

Heroe berharap Sanggrahan yang oleh warga setempat dinamakan Sanggrahan Garden itu dapat menjadi ikon baru dan menjadi salah satu destinasi  belanja yang bernilai tambah dalam perekonomian warga setempat. “Semoga dengan semangat dan tekad dari seluruh warga di Sanggarahan dan sekitarnya  kami berharap akan menjadi salah satu destinasi belanja  yang memberi nilai tambah yang berbeda bagi warga masyarakat Kota Yogyakarta,” ujar Wakil Walikota.

Heroe menambahkan kedepan  akan  bersama warga menata bagaimana mendorong dan menumbuhkan kampung  agar bisa menjadi   tempat  untuk memroduksi dan bisa menjadi tempat untuk mengembangkan dan mengeksplorasi segala potensi yang ada.

Di kota Yogyakarta, kata Heroe, ada sekitar 35 kampung sayur.  Dari sekian banyak  kampung sayur itu, Kampung sayur di kecamatan Mantrijeron misalnya sudah menyuplai sayur ke beberapa toko moderen. “Begitu pula di wilayah Bausasran, meskipun kampungnya kecil, ada sekitar 3 atau 4 petak untuk kampung sayur,” tambah Heroe yang pernah melakukan panen raya sayur di wilayah itu.

Kampung sayur dan kampung kelengkeng menurut Heroe  merupakan  upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan lahan sempit  agar bisa lebeh berdaya guna. Disamping itu,  menjadikan lingkungannya  hijau lebih berproduktif. Pemerintah Kota Yogyakarta sekarang ini sedang mengintegrasikan  beberapa potensi sebutan kampung yang dimiliki. Kampung sayur akan diintegrasikan dengan kampung hijau. “Kampung sayur itu kampung yang diinisiasi untuk dikembangkan oleh  Dinas Pertanian dan Pangan  Kota Yogyakarta.  Sedangkan kampung hijau adalah upaya dari Dinas Lingkungan Hidup. Di kampung hijau ada juga Bank Sampah,” tambah Heroe.  

Selain  mengintegrasikan  antara kampung hijau dan kampung sayur  Pemkot Yogyakarta juga sedang mengupayakan pembuatan  Biopori  Jumbo.  Biopori Jumbo ini berfungsi menyerap air dan juga  dipakai untuk mengolah  sampah kemudian  dimanfaatkan untuk  menghijaukan  kampung sayur. “Ini adalah salah satu daya upaya kita semua untuk membuat apa yang kita sebut dengan program gandeng gendong.  Dikota Yogyakarta kita sedang membuat program gandeng gendong  untuk menyatukan beberapa potensi menjadi satu  bergandengan seperti  kampung sayur, kampung hijau, bank sampah menjadi sebuah kesatuan.  Semua potensi akan diintegrasikan dengan sebuah poragram Gandeng Gendong,” terang Heroe.

Selain itu, Pemkot Yogyakarta akan  mendorong OPD   untuk membeli  sajian makan  minum snacknya  dari potensi kecamatan masing-masing. Anggaran makan minum di Pemkot Yogyakarta yang diperkirakan sebesar Rp. 38 miliar nantinya akan dibelanjakan untuk menghidupkan  potesi  kuliner maupun  potensi yang ada di kampung kampung agar  menjadi  sebuah usaha produktif masyarakat.

Sementara itu, Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam X mengatakan panen raya buah Kelengkeng itu  merupakan bentuk  keberhasilan masyarakat dalam melaksanakan budidaya kelengkeng di Kota Yogyakarta, khususnya pada wilayah dataran rendah. Panen raya ini merupakan bukti nyata pemberdayaan masyarakat  di wilayah yang semula kurang produktif atau kurang diperhatikan  menjadi wilayah sentra produksi  hasil pertanian kelengkeng. “ Keberhasilan ini diharapkan akan dapat menjadi  contoh sekaligus  dapat memotivasi masyarakat di wilayah lain untuk  mengikuti,” ujar Paku Alam X. 

Penggagas  Kampung Kelengkeng  “Sanggrahan Garden”  Hariyanto  menjelaskan  ide menanam pohon kelengkeng  berangkat dari rasa keprihatinan akan tata kelola air. Menurutnya  dengan menanam kelengkeng  dapat  membantu  konservasi air, mengurangi suhu tinggi akibat pemanasan global dan memperkuat ketahanan pangan warga.

Haryanto mengatakan  terdapat 320 tanaman kelengkeng di Giwangan.  Ada  yang berwarna merah, putih, coklat dan hijau.  Pohon Kelengkeng itu ditanam di wilayah sekitar kantor kelurahan Giwangan dan di dalam lingkungan perkampungan dan di pinggir jalan.  Buah kelengkeng itu bisa dinikmati dengan gratis oleh warga.

Haryanto bertekad mengubah  anggapan masyarakat terhadap kampung Sanggrahan.  Dirinya berharap kampung  Sanggrahan yang dahulu dikenal dengan sebutan SG  dan berkonotasi sangat negatip itu bisa berubah menjadi imej yang positip.” Dulunya SG yang konotasinya negatip, tetapi sekarang SG yang berarti Sanggrahan Garden. Kebun  penghasil kelengkeng bagi warga masyarakat dan menjadi destinasi kuliner bagi wiasatawan,” ujar Haryanto , (@mix)