Kukuhkan Kota Batik Dunia, Yogyakarta Pamerkan Batik Legendaris Keraton
Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Taman Pintar menggelar pameran batik bertajuk “Cerita Di Balik Goresan Canting”, senin (26/2). Selain untuk memperingati Hadeging Nagari Ngayogyakarta atau terbentuknya Yogyakarta ke 271 sekaligus sebagai ajang untuk mengukuhkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.
Acara yang digelar sejak hari ini (26/2) hingga minggu (4/3) di Dome Area, Gedung OvaI Taman Pintar Yogyakarta ini menampilkan batik legendaris koleksi Keraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman.
Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti menuturkan, selain sebagai ajang mengenalkan kepada masyarakat tentang filosofi, makna dan cerita dibalik pembuatan batik. Pameran batik ini juga sekaligus memperkuat kegiatan rutin kamis pahing di Yogyakarta.
“Kamis pahing kita wajib menggunakan batik, mulai dari pelajar hingga pegawai Pemerintah. Ini sebagai upaya untuk mempertahankan Yogyakarta sebagai salah satu Kota Batik,” ucap Haryadi saat membuka pameran batik di Taman Pintar pagi ini.
Ia kembali menegaskan, sejak tahun 2014 Yogyakarta telah dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia oleh World Crafts Council (WCC).
“Sekaligus, lebih mengukuhkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia dan batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Putri bungsu Raja Keraton Yogyakarta Sultan HB X, Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Keraton Yogya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara mengatakan, yang dipamerkan antara lain koleksi batik tertua yang dimiliki keraton seperti batik Parang dan Kawung.
“Dua motif ini sudah diciptakan sejak era Sultan Agung, dan total ada 14 batik dari Keraton dan 12 batik koleksi Pura Pakualaman yang dipamerkan pada event ini,” jelasnya.
Lebih jauh, Ia menjelaskan, salah satu batik legendaris dari keraton adalah ceplok ratu ratih yang memiliki filosofi dalam cerita pewayangan dewi ratih sri bathara akamjaya disimbolkan sebagai seorang dewi cantik jelita lambang keabadian cinta.
“Selain itu juga ada batik motif dodot sepanjang 10 meter yang saya gunakan pada saat melangsungkan pernikahan,” ucapnya saat mengenalkan sejumlah koleksi batik Keraton di Dome Area, Gedung OvaI Taman Pintar Yogyakarta.
Sedangkan dari Puro Pakualam membawa koleksi batik buatan permaisuri Paku Alam X yang selama ini dibuat bersumber dari naskah-naskah kuno Puro Pakualaman. Seperti motif Asta Brata, Wilaya Kusuma Jana, dan batik motif Sestradi.
“Banyak masyarakat yang tahu batik, tetapi tidak banyak yang mengetahui filosofinya. Melalui pameran ini kami berharap masyarakat mengetahui filosofi setiap batik sehingga motof batik tidak disalah gunakan,” tandasnya. (Tam)