Pemkot Menggelar Diskusi Industri Kreatif dan Transformasi Digital di Era Masyarakat ASEAN

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Bappeda Bagian P3ADK Kota Yogyakarta melakukan Diskusi Publik dan Dimensi dengan tema Survey Industri Kreatif dan Transformasi Digital di Era Masyarakat ASEAN, rabu (11/4). Dalam kegiatan ini melibatkan Bagian Protokol Setda Kota Yogyakarta, Dinas Koperasi, UKM, dan Nakertrans Kota Yogyakarta, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta.

Diskusi Publik dan Dimensi ini bagian dari tindaklanjut kerjasama kemitraan antara Bappeda Bagian P3ADK dan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta dengan Indonesia Services Dialogue (ISD) pada tahun 2017.

Kepala Bappeda Edy muhammad mengatakan, kerjasama tersebut menghasilkan laporan dari Pemetaan Sektor Ekonomi Kreatif yang mengidentifikasikan bagian fakta kondisi ekonomi kreatif di Kota Yogyakarta serta sesuai dengan kegiatan Gandeng Gendong yang sudah diresmikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

“kegiatan ini sangat membantu menyebarluaskan hasil kerjasama sektor ekonomi kreatif, dimana baru saja pemkot meresmikan program gandeng gendong, tujuannya untuk menggandeng kampus, komunitas, kampung, serta corporet yang ada di Yogyakarta ini” ungkapnya.

Disamping itu pada tahun 2018, kemitraan tersebut berlanjut dan berkembang dengan menggandeng Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mendiseminasikan hasil pemetaan sekaligus mengedukasi masyarakat tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan peluang-peluangnya.

Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kemenko Bidang Perekonomian RI Mari elka pangestu mengatakan, di era digital seperti ini ekonomi kreatif sangat penting untuk kekuatan perekonomian di Indonesia.

“ekonomi kreatif itu penting, kekuatan baru di Indonesia terdiri dari sumberdayanya yang banyak di suply, jogja memiliki 6% sumbangan perekonomiam kreatif di indonesia” ungkapnya.

Tidak hanya itu Mari Elka juga mengtakan, persebaran ekonomi kreatif di Kota Yogyakarta didominasi oleh sektor kuliner, kriya, dan fashion. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan ketiga sektor ini sebagai sektor unggulan.

Pada bisnis kuliner memiliki presentase terbanyak dengan 35% disusul oleh Kriya dan Fashion pada level 18% dan 13%. Sektor jasa yang meliputi jasa arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, fotografi, dan musik memiliki presentase sebesar 16% dari seluruh populasi.

Hasil survey menunjukkan prospek pasar yang naik dirasakan oleh 67% populasi. Hanya 9% populasi usaha kreatif yang teridentifikasi merasakan turunnya prospek dari pasar mereka. (Hes)