Kurangi Sampah Plastik, Yogyakarta Deklarasikan Gerakan 1000 Tumbler

Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kota Yogyakarta mendeklarasikan gerakan 1000 tumbler sebagi bentuk komitmen untuk mengurangi sampah plastik. Deklarasi tersebut dilakukan langsung oleh Walikota Haryadi Suyuti dan Wakil Walikota Heroe Poerwadi bersama ratusan pelajar Kota Yogyakarta di Embung Langensari Yogyakarta, selasa (31/7).

“Tumbler ini penting untuk mengurngi sampah yang berasal dari minuman kemasan. Semua karyawan diseluruh OPD (Organisasi Perangkat Daerah) harus mulai punya tambler juga,” tandas Haryadi Suyuti.

Haryadi menegaskan bahwa deklarasi gerakan 1000 tumbler bukan sekadar seremoni saja namun sebagai bentuk komitmen masyarakat Yogyakarta bersama-sama dengan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Yogyakarta.

“Peringatan hari lingkungan hidup sedunia yang sudah jatuh pada tanggal 5 juni 2018 lalu ini bukanlah seremoni saja, ini bentuk komitmen kita untuk terus mencintai lingkungan hidup,” ucapnya.

Selain itu hal yang tidak kalah penting menurutnya adalah, bahwa tanggungjawab menjaga lingkungan merupakan bentuk syukur karena telah diberikan kesempatan hidup dan berkehidupan di dunia.

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Suyana menerangkan, puncak peringata hari lingkungan hidup Kota Yogyakarta tahun 2018 mengangat tema “Kendalikan Sampah Plastik”.

“DLH Kota Yogyakarta berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membawa botol minum dari rumah,” cetusnya.

Jumlah sampah plastik yang dihasilkan Kota Yogyakarta akan terus meningkat sehingga, menurutnya diperlukan berbagai upaya agar sampah plastik yang dihasilkan bisa diminalisasi, salah satunya dengan gerakan dari masyarakat.

“Rata-rata volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Piyungan selama Juni tercatat 257 ton per hari, dengan 20 persen di antaranya sampah plastik,” ungkapnya.

Sampah plastik tersebut, sambung Suyana, banyak berasal dari botol plastik air minum kemasan. “Oleh karena itu, kami menyiapkan gerakan pengurangan botol plastik air minum kemasan dengan penggunaan tumbler atau botol minum yang dibawa sendiri dari rumah dan bisa diisi ulang,” katanya.

Suyana mengaku belum semua masyarakat memiliki kesadaran terkait bahaya sampah plastik sehingga memilih membeli minuman kemasan dalam botol karena dinilai lebih praktis dibandingkan dengan mereka harus membawa botol minum dari rumah.

“Selama ini yang masih membawa tumbler atau botol minum adalah anak-anak sekolah. Yang lainnya banyak yang memakai botol air kemasan. Makanya pada peringatan hari lingkungan hidup ini para tamu undangan kami wajibkan membawa botol minum sendiri. Kami telah sediakan isi ulang air galon,” terangnya.  (Viola Diane dJP/ Indri Sulistiani/ Tam)