Merawat Kebersamaan, Memperkokoh Jogja Istimewa

Keistimewaan Jogja bukan semata-mata karena nilai historis dan proses politik pengangkatan Gubernur melalui penetapan namun juga karena nilai budaya dalam masyarakatnya, termasuk tatanan kehidupan masyarakat yang religius. Hal tersebut disampaikan Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti pada acara Sarasehan Memperkokoh Jogja Istimewa dalam rangka HUT ke- 74 Gereja Hati Santa Perawan (HSP) Maria Tak Bercela Kumetiran, Minggu (16/9) di Panti Paroki Gereja HSP Maria Tak Bercela.

Lebih lanjut Haryadi meminta agar pemeluk agama beserta tempat ibadah dapat turut menjaga tatanan masyarakat dalam kebersamaan

“Tempat ibadah memiliki konsekuensi sosial kemasyarakatan. Untuk itu gereja dapat memberikan perhatian pada kegiatan ekonomi, pendidikan dan kesehatan dalam membantu permasalahan yang ada di sekitarnya sebagai bentuk tanggung jawab keberadaan gereja di tengah masyarakat.” Pinta Haryadi

Haryadi juga mengingatkan, tantangan yang dihadapi oleh Gereja HSP Maria Tak Bercela  cukup besar. Secara geografis-sosiologis, Gereja HSP Maria Tak Bercela berada di wilayah pusat pariwisata Kota Yogyakarta termasuk di dalamnya kawasan Pasar Kembang dengan berbagai permasalahan sosialnya, selain itu hadirnya revolusi industri 4.0 juga harus menjadi perhatian pihak Gereja.

“Diharapkan gereja dapat menjadi tempat menemukan solusi bagi umatnya juga mendorong Orang Muda Katholik untuk tidak hanya sibuk dengan urusan berorganisasi namun juga diberi tanggung jawab  mengisi kegiatan beribadah di gereja agar kedekatan dengan tepat ibadah mampu memberikan tuntutan kepada kaum muda di tengah semakin berkurangnya interaksi antar manusia” Imbuh Haryadi

Dalam kesempatan tersebut, Haryadi juga menyinggung Program Gandeng Gendong yang saat ini tengah digaungkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Dikatakan oleh Haryadi, Gandeng Gendong merupakan pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang makin sejahtera dengan bersinerginya elemen Korporasi, Kampus, Kampung, Komunitas dan Kota, untuk itu Haryadi mengajak  Gereja HSP Maria tak Bercela agar di usianya yang ke-74 ini juga dapat berperan aktif dalam Program Gandeng Gendong dengan memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi umatnya dan masyarakat sekitarnya. 

Acara ini sendiri disambut dengan antusias oleh peserta yang terdiri darii umat Gereja HSP Maria Tak Bercela, warga dan organisasi di sekitar gereja. Peserta meramaikan jalannya sarasehan dengan beberapa pertanyaan seputar program Pemerintah Kota Yogyakarta seperti masalah transportasi, jaminan kesehatan, ketertiban, lalu lintas dan program Gandeng Gendong. Diantaranya Bapak Slamet yang menanyakan tentang kerukunan umat beragama dan Ibu Aik dari Ngadiwinatan yang mengeluhkan sulit akses keluar masuk rumahnya karena kemacetan lalu lintas saat liburan dan bus yang parkir tidak di tempatnya.

Haryadi yang didampingi Kepala Bagian Administrasi Pengendalian Pembangunan, Plt Kepala Dinas Kominfosandi, Plt Sekretaris Dewan, Camat Gedongtengen, Lurah Sosromenduran dan Lurah Pringgokusuman menjelaskan bahwa kerukunan dapat dijaga dengan menahan diri untuk tidak memasuki hal yang bukan urusannya, bertoleransi, dan selalu berupaya menghindari konflik baik dari lingkup kecil seperti  RT dan RW hingga lingkup yang lebih besar. Sedangkan untuk masalah kemacetan lalu lintas saat libur memang menjadi masalah di berbagai kota besar namun demikian Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya meminimalkan masalah tersebut dengan pengaturan lalu lintas, pelebaran jalan, dan penertiban bagi kendaraan yang parkir di tempat yang dilarang.

Melengkapi kunjungannya ke Gereja HSP Maria Tak Bercela , Walikota melakukan penanaman pohon Sawo Beludru di halaman taman Gua Maria Gereja HSP Maria Tak Bercela serta meninjau beberapa fasilitas gereja yaitu: fasilitas untuk difabel, ruang kesehatan dan ruang laktasi.