Gladen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta Membentuk Karakter Ksatria Generasi Muda

Dalam rangka memperingati HUT ke-73 TNI, HUT ke-68 Kodam IV Diponegoro, dan HUT ke-262 Kota Yogya. Kodim 0734/Yka bersama Pemkot Yogya yang didukung oleh Komunitas Paseduluran Jemparingan Yogyakarta menyelenggarakan Gladen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta.

Gladen Hageng Jemparingan Kali ini diikuti sebanyak 395 peserta yang terdiri dari 209 dewasa, dan 186 anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia utamanya DIY, Jawa Timur, Jawa Barat serta beberapa dari luar Jawa.

Komandan Korem (Danrem) 072 Pamungkas Brigadir Jenderal Muhammad Zamroni menyatakan olahraga tradisional jemparingan bernilai filosofi yang tinggi. Karena membidik sesuatu dengan perasaan, jika perasaan mampu menyatu dengan alat maka kemampuannya termasuk lengkap.

Menurutnya ada semangat bela negara dalam jemparingan, sehingga harus dilestarikan dan masyarakat bisa mengetahuinya. "Meskipun tradisional namun tidak kalah dengan panahan modern. Ada keunikan tersendiri dan panah ini termasuk senjata pamungkas yang efektif," ujar di Lapangan Panahan Kenari, Yogyakarta, Minggu (28/10)

Sementara itu Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan jika jemparingan merupakan salah satu warisan budaya yang kaya makna filosofis.

“Oleh karena itu harus dilestarikan sehingga masyarakat dapat memainkan dan mengambil makna filosofis dari jemparingan. Ada olah rasa, sportivitas dalam memainkan itu harus seimbang," katanya.

Ia menjelaskan dalam Jemparingan Gagrak Mataraman proses membidik sasaran tidak hanya dengan mata tetapi dengan hati. Ini merupakan ajaran dari Sri Sultan HB I terkait dengan menyatukan jiwa.

Adapun filosofi dari jemparingan, katanya, lebih pada pamenthanging gandewa, pamanthenging cipto atau ketika menthang gandewa yang dipakai untuk membidik itu hati, bukan mata. Bisa dikatakan hal itu untuk mencapai sasaran, dengan sistem kira-kira. Hal ini dimaksudkan untuk melatih konsentrasi.

“Sri Sultan HB I kala itu berharap agar para abdi dalem, sederek, keluarga, dan rakyat Ngayogyakarta Hadiningrat dapat menjadi ksatria yang memiliki sifat sawiji (konsentrasi), greget (semangat), sengguh (jatidiri) dan ora mingkuh (bertanggung jawab)" jelasnya.

Ia berharap melalui lomba tersebut dapat menjadi media silaturahmi dan komunikasi diantara komunitas Jemparingan dari berbagai daerah, melalui lomba ini diharapkan mampu mengasah keterampilan dan meningkatkan kemampuan para pemanah jemparingan, sehingga mampu berprestasi di tingkat lokal, regional.

“Dalam lomba ini kemenangan bukanlah menjadi tujuan akhir, tetapi lebih pada bagaimana para peserta menunjukkan semangat dan sportifitasnya, serta menunjukkan rasa cinta kepada budaya lokal. Dengan adanya lomba yang rutin ini diharapkan mampu menarik minat masyarakat Kota Yogyakarta untuk menekuni Jemparingin ini, dan pada gilirannya  nanti mampu menjadi cabang olahraga di tingkat Nasional.” Ujarnya. (Han)