Pemkot Yogya Beri Penghargaan Pada  Pemilik Bangunan Heritage

Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan penghargaan terhadap 10 pemilik bangunan heritage di Kawasan Cagar Budaya (KCB) Pakualaman. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Walikota Yogyakarta,Haryadi Suyuti di Hotel Phoenix, Selasa (30/10).

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogya, Eko Suryo Maharso mengatakan sistem penilaian penghargaan tersebut berdasarkan pada kepedulian pemilik bangunan heritage yang tetap mempertahankan ciri khas bangunannya dan tidak mengubahnya menjadi bangunan baru.

“Penghargaan yang berupa piagam serta uang sebesar Rp 10 juta ini merupakan apresiasi terhadap berbagai aktivitas dan komitmen yang dilakukan oleh masyarakat/pemilik bangunan yang senantiasa meluangkan waktu dalam pelestarian bangunan heritage di Kota Yogyakarta.” Katanya dilokasi.

Sementara itu, Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti menjelaskan melalui momentum penghargaan tersebut, Ia menghimbau kepada segenap pemilik, pengusaha dan pelestari bangunan heritage, agar tetap memelihara, merawat, serta memperindah dan mempercantik keaslian bangunan heritage.

“Marilah kita bersama-sama meningkatkan kesadaran akan keberadaan bangunan heritage ini, sehingga bukan hanya tokoh-tokoh ini saja yang kemudian melestarikan bangunan-bangunan heritage, namun seluruh masyarakat dapat turut berperan aktif dalam menjaga bangunan-bangunan tua dan antik di sekitarnya” ujarnya

Karena dengan masih kokohnya bangunan heritage tersebut, lanjutnya, juga turut memberikan andil yang besar dalam memperkuat atmosfer Kota Yogya sebagai Kota Budaya, Seni dan Kota Pariwisata.

“Keberadaan bangunan heritage di Kota Yogya merupakan potensi besar sebagai modal dalam menggerakkan dan meningkatkan roda perekonomian daerah dari sektor pariwisata.  Dalam hal ini bangunan heritage menjadi salah satu bentuk promosi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Yogyakarta” ujarnya.

Salah satu peraih penghargaan tersebut adalah adalah Nisa Andriyani, pemilik bangunan heritage di Jalan Bausasran mengaku menjadi generasi keenam yang menempati rumah tersebut.

Ia mengaku selain perawatan yang susah, rumahnya juga butuh biaya yang besar dalam menjaga warisan leluhurnya tersebut. "Perawatannya memang tinggi. Tapi kami sayang untuk melepasnya karena di sana banyak kenangan," ujarnya. (Han)