Gandeng Swedia, Yogyakarta Siapkan Sistem Pencegahan DBD

Dalam rangka menanggulangi tingginya kasus DBD yang terjadi di Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Swedish International Centre for Local Democracy (ICLD).

Kerjasama dengan lembaga kemanusiaan asal Swedia ini serius menangani kasus DBD yang terjadi di Kota Yogyakarta dengan melakukan beberapa strategi.

Langkah tersebut dinilai positif oleh Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi, pihaknya optimis bahwa kerjasama tersebut akan membawa terobosan besar dalam menangani kasus DBD di Kota Yogyakarta.

“Beberapa bulan yang lalu kami sudah bertolak ke Swedia, dari kerjasama ini nantinya kami akan membuat sistem infromasi peringatan dini,” ujarnya saat menerima kunjungan perwakilan Swedish International Centre for Local Democracy di Balikota, Kamis (22/2/2019).

Heroe menerangkan, kerjasama tersebut sudah berjalan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah bagaimana memahami perilaku masyarakat dalam merespon DBD. Dan Selanjutnya adalah menyiapkan Early Warning System (EWS).

‘Intinya adalah nanti akan dibuatkan basis data dalam bentuk aplikasi yang bisa digunakan untuk mendeteksi sekaligus memberikan peringatan dini kepada masyarakat ketika akan terjadi kasus DBD,” terangnya.

Aplikasi tresebut, sambungnya, selain bisa mendeteksi wilayah mana saja yang akan potensial menjadi sarang tumbuhnya nyamuk juga bisa digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan nyamuk mengikuti situasi cuaca,

“Untuk itulah nantinya kami juga akan dibantu BMKG, misalnya cuaca seperti ini dengan kelembaban seperti ini kira-kira akan terjadi seperti ini, peringatan kepada masyarakat seperti apa itulah yang nantinya dibuat sistemnya,” jelas Heroe.

Dengan begitu, masih menurut Heroe, Di kota ada dua upaya yang dilakukan yakni mengembangbiakan nyamuk ber-wolbachia agar nyamuk demam berdarah menjadi netral, lalu juga memakai EWS ini untuk ditempatkan di daerah mana potensi tumbuhnya demam berdarah.

Sementara itu Ketua Dewan Swedish International Centre for Local Democracy Jerker Stattin mengungkapkan, Masyarakat di Kota Yogyakarta memiliki perhatian yang besar dalam memerangi kasus DBD.

“Kami sudah melihat ke wilayah, masyarakat sangat antusias dan mereka memerangi DBD dengan perasaan senang,” ucapnya.

Yogyakarta dan Swedia adalah mitra yang bekerja pada peringatan dini untuk demam berdarah melalui pembangunan kapasitas dan partisipasi publik.

“Modal terbesar dalam menangani DBD adalah partisipasi masyarakat, dan Yogyakarta sebenarnya sudha memilikinya nantinya akan kita kembangkan lagi melalui sistem manajemen yang berkelanjutan,” urainya. (Tam)