Jogja Mantapkan Langkah Perangi TBC

Penularan penyakit Tuberkulosis di Indonesia tidak bisa dianggap remeh. Saat ini Indonesia merupajkan salah satu Negara dengan jumlah penderita TBC terbanyak di dunia, yakni peringkat tiga setelah Cina dan India.  Hal ini menjadikan Pemkot melalui Dinas Kesehatan semakin serius dalam menanggulangi TBC, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui kegiatan screening ketuk pintu ke sejumlah KK di Kota Yogyakarta pada tanggal 4-15 Maret kemarin.

“Kami melakukan deteksi dini melalui ketuk pintu ke 381 KK dengan screening terhadap 1.071 orang dan menemukan 81 orang dengan gejala TB, dari 81 orang tersebut 71 di antaranya telah dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan Pemeriksaan,” Ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dr. Fita Yulia Kisworini di sela-sela Workshop Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia, Kamis (21/3) pagi di Ruang Bima Balaikota.

Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga menyasar warga binaan di Lapas Wirogunan Yogyakarta, dari hasil screening di Lapas, ditemukan 66 warga binaan yang terdeteksi gejala TB.

“15 di antaranya telah diperiksa lab dengan tes cepat molekuler atau TCM dan dari tes tersebut, Alhamdulillah semua sehat” Imbuh Fita.

Selain kegiatan ketuk pintu, Dinas Kesehatan juga terus melakukan tindakan preventif dan edukatif terkait penanggulangan TBC.  Bersamaan dengan momentum hari TBC yang jatuh pada tanggal 24 Maret mendatang, Dinas Kesehatan telah melaksanakan kegiatan berupa dialog interaktif di radio dan workshop yang dihadiri para anggota Tim Penggerak PKK Kelurahan dan Kecamatan, Pengurus Kelurahan Siaga, dan para kader TB Kota Yogyakarta. Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, arus informasi yang saat ini berkemabng pesat serta kecanggihan teknologi dan pengobatan kedokteran diharap dapat mengurangi jumlah penderita TB, namun hal tersebut juga harus didukung oleh peran aktif masyarakat sebagai kekuatan sosial yang mendukung upaya penyebar luasan penyakit TB.

“Untuk itu kami mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan gerakan sosial membebaskan Yogyakarta dari TBC. Harapannya, workshop ini dapat meningkatkan kerjasama lintas sektor serta merangkul kader kesehatan wilayah. Dengan melibatkan kader, maka jangkauan deteksi dini kasus TB akan lebih besar kemungkinannya ditemukan” Tutur Walikota dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Staf Ahli Waliktoa Bidang Kesejahteraan Masyarakat, Wirawan Hario Yudo.

Lebih lanjut, Walikota mengajak agar setiap individu dapat menjadi pemimpin di bidangnya masing-masing untuk turut serta dalam mengakhiri epidemi Tuberkulosis.

“Setiap hal kecil akan menjadi langkah besar jika dilakukan bersama-sama dilandasi semangat gotong royong mewujudkan predikat Yogyakarta sebagai Kota Sehat Bebas TBC,” Tambah Walikota.

Senada dengan hal tersebut, Dr. Andajani Woerjandari M.Kes, Ketua Perkumpulan Tuberkulosis Indoensia (PPTI) Wilayah DIY menjelaskan, komunikasi antara kader dengan pasien dan keluarga pasien TB sangat penting untuk mengenali dan memecahkan masalah penyakit serta evaluasi hasil pengobatan.

“TBC bukan penyakit keturunan atau kutukan dan TBC bisa disembuhkan, maka dari itu jangan kucilkan penderita TBC,” Katanya. (ams)