Merti Kampung Bangunrejo Dimeriahkan Sederet Kesenian

Warga Kampung Bangunrejo kembali menggelar Merti Kampung dengan menampilkan sejumlah potensi budaya dan kesenian yang mereka miliki, Minggu (28/4/2019).

Seperti tahun sebelumnya, Merti kampung budaya Bangunrejo ini diawali dengan kirab yang diarak mulai dari Lapangan Segoro Amarto RW 13 Kricak.

Iring-iringan kontingen perwakilan dari masing-masing Rt dan rw turut memeriahkan acara tersebut, karnaval seni budaya itupun berhasil menyita perhatian warga sekitar.

Dilepas langsung oleh Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi, sejumlah kesenian ditampilkan mulai dari reok hingga bregodo beragam seni tari tradisional.

Heroe menyampaikan bahwa seni tradisi merupakan warisan budaya yang hadi luhung, oleh karena itu pemerintah Kota Yogyakarta melalui Organisasi pemerintah Daerah (OPD) memfasilitasi dan memberdayakan masyarakat, pelaku seni-budaya, organisasi seni-budaya termasuk di dalamnya Desa Budaya.

“Dengan adanya fasilitasi tersebut diharapkan seni tradisi tidak punah dan terjaga keberlangsungannya, tidak punah karena masyarakat melakukan kegiatan nguri-uri seni tradisi dan keberlangsungan terjaga dikarenakan adanya regenerasi pelaku seni tradisi,” ucapnya.

Ia mengingatkan Regenerasi sangat penting untuk menjaga eksistensi dan keberlangsungan keberadaan seni tradisi yang dalam perkembangannya akan mengikuti kondisi jaman.

Dalam kesempatan yang sama Ketua RW 13 sekaligus ketua LPMK Kricak, Haryanto menyampaikan bahwa kegiatan Merti Kampung Budaya Bangunrejo tahun ini mengambil tema, “Melestarikan Budaya Dan Tradisi Membangun Hati Demi Ibu Pertiwi”.

Acara ini merupakan kegiatan rutin tahunan, yang telah mendapatkan fasilitasi dari Dinas pariwisata Kota Yogyakarta, Kegiatan ini dimeriahkan dengan tari-tarian dari warga dari mulai usia PAUD, anak-anak, dewasa hingga ibu-ibu, salah satu tarian yang ditampilkan adalah gedruk. Untuk malam nanti akan dipentaskan kethoprak warga dengan lakon Banyu panguripan.

Disisi lain, Wakil Walikota Heroe Poerwadi juga mengapresiasi kegiatan bank sampah yang telah dikelola dengan baik warga Bangunrejo. Menurutnya pengelolaan sampah di Bangunrejo pantas mendapat acungan jempol karena mampu melakukan pengolahan sampah secara mandiri.

“Sudah saatnya di  kampung-kampung muncul pengolahan sampah yang mana hal itu akan mengurangi ketergantungan atau beban terhadap TPS Piyungan,” tandasnya.

Kondisi dan greget masyarakat Kricak dalam mengelola sampah menjadikan kampung kricak sebagai pioner dalam pelestarian lingkungan.

Dalam kesempatan tersebut Heroe Poerwadi juga meresmikan penggunaan mesin pengolah sampah dengan menyalakan api untuk dimasukkan dalam tungku  mesin pengolah sampah.

Dari mesin tersebut akan diperoleh abu yang dapat dipergunakan untuk membuat conblok atau batako, sedangkan dari asap akan disuling sehingga menjadi cairan. sehingga dari semua proses pengolahan sampah tersebut, semua teruai dan termanfaatkan. (Oni)