Wakil Walikota Serahkan paket bantuan Anak Yatim Piatu

Masjid Pangeran Diponegoro, yang terletak di Kompleks balaikota Yogyakarta pada hari Sabtu, 18 Mei 2019 menyelenggarakan peringatan Nuzulul Qur’an 1440 H, dalam peringatan tersebut hadir Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyerahkan paket bantuan untuk anak yatim piatu.

Pada sambutannya disampaikan bahwa hari ini telah memasuki hari ke tiga belas bulan Ramadhan dimana kita telah memasuki pertengahan bulan Ramadhan mendekati sepuluh hari terakhir Ramadhan. Harapannya ibadah kita semakin kuat dan semakin mendekatklan diri pada Alloh SWT.

“Ibadah puasa merupakan momen istimewa dimana di dalam bulan tersebut ada malam nuzulul Qur’an atau malam turunnya Al Qur’an. Dimana pada saat itu Alloh SWT berkenan menurunkan Al Quran dari Arsy menuju langit dunia” ungkapnya.

Dalam peringatan tersebut Ustad Salim Afilah, dalam pengajiannya menjelaskan bahwa proses turunnya Al Qur’an dalam dua tahap. Tahap pertama turunnya Al Qur’an secara utuh dari Asy menuju langit kedua yang kita kenal dengan lailatur Qadar dan tahap kedua turunnya Al Qur’an dari langit dunia secara bertahap  dibawa malaikat Jibril untuk disampaikan sebagai wahyu kepada Rasululloh SAW, yang pertama kali turun di sevuah gua di Jabbal Nur. Selanjutnya Al Qur ‘an secara bertahap diwahyukan selam lebih dari dua puluh dua tahun, di Mekah dan Madinah. Islam di Jawa khususnya di Yogyakarta berkembang dalam berbagai bentuk yang melahirkan budaya hadi luhung, salah satunya adalah karya batik Wahuyu Tumurun yang awalnya diciptakan oleh Sultan Agung yang selanjutnya disempurnakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I, dalam batik wahyu tumurun terdapat hiasan gunung yang bercahaya yang di dalamnya ada gambar lubang hitam itulah perlambang Jabbal Nur (gunung yang bercahaya) dengan gua Hira di dalamnya sebagai tempat turunnya Al Qur’an yang diwahyukan malaikat Jibril kepada Rasululloh SAW, adanya gambar ayang jago yang berekor burung merak menjelaskan bahwa waktu turunnya Al Qur’an tersebut dari malam berakhir hingga fajar yang dimaknai dengan kokok ayang jantan, sedangkan ekor merak dimaknai merak ati atau menarik hati dengan maksud agar  menggerakkan hati umat manusia untuk beribadah pada saat turunnya Al Qur’an tersebut. Adanya gambar batu yang ada aliran airnya  dimaknai sebagai hati yang keras akan terbelah ketika mendengar Al Qur’an sehingga berubah menjadi lembut, sedangkan gambar sulur yang saling mengait itu melambangkan hendaknya kita saling tolong menolong. Dulu batik Wahyu tumurun tersebut dikenakan Sultan dalam beribadah menyongsong lailatul Qadar.

Selanjutnya dijelaskan bahwa Al Quran itu  sebagai informasi atau pengetahuan, sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagai sumber informasi atau pengetahuan di dalam Al Qur.an terdapat ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa yang belum semua bisa digali oleh umat manusia, seperti halnya tentang tata surya.

Sebagai petunjuk di dalamnya terdapat tuntunan hidup bagaiman umat manusia dalam beribadah secara vertikal kepada Alloh SWT dan beribadah secara horizontal antara manusia dengan manusia dan amnsuia dengan makhluk ciptaan Alloh SWT lainnya.

Tuntunan tersebut dapat digali melalui contoh contoh kehidupan pada zaman nabi terdahulu sejak nabi Adam AS hingga Rasululloh SAW. Dari contoh-contoh tersebut akan menuntun kita dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, bernegara yang secara gamblang muncul perbedaan antara yang Haq dan bathil. Oleh karena itu hendaknya kita semakin beriman semakin tawadhu dalam kondisi apapun hendaknya selalu bersyukur dan ikhlas.(ONI)