DPMPPA Bekali Anak Untuk Berani Menjadi Pelopor dan Pelapor

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) terus berupaya mencegah kekerasan anak dengan mengajak anak-anak yang tergabung dalam Forum Anak Kota Yogyakarta menjadi pelopor dan pelapor kekerasan anak.

Ditemui saat Sarasehan Forum Anak Kota dan Kelurahan di Grha Pandawa, Sabtu (18/5/2019), Kepala Bidang Perlindungan Anak DPMPPA Kota Yogyakarta Fatma Rosiati menerangkan, pihaknya telah mempertemukan forum anak kota dengan forum anak kelurahan dan satgas sigrak untuk mengoptimalkan peran anak-anak sebagai pelopor dan pelapor di wilayah mereka masing-masing.

Artinya, kata Fatma yang dimaksud pelopor adalah mereka menggerakkan hak-hak yang sesuai dengan kebutuhan dan kehidupannya.

“Agar peran mereka sebagai pelopor dan palapor pemenuhan hak anak semakin optimal maka kita sinergikan dengan satgas sigrak. Sehingga anak-anak yang memiliki informasi terkait hak anak bisa melapor ke satgas sigrak,” jelas Fatma.

Menurut Fatma, anak harus berani menjadi pelapor dan aktif dalam segala hal, tidak terkecuali menyikapi suatu permasalahan atau kasus tertentu. Bila si anak menyaksikan adanya tindak kekerasan apalagi kejahatan. Terutama, sambungnya, bila korbannya seorang perempuan dan anak. Maka si anak harus berani melaporkan kepada sigrak.

“Konsep anak harus berani menjadi pelopor bermakna mesti mengawali atau memberi contoh. Anak-anak yang masuk dalam forum anak diajarkan menjadi seorang pelopor bagi teman-temannya,” tandasnya.

Dalam hal ini, masih kata Fatma, menjadi pelopor yang baik. Setelah diajarkan banyak hal di forum anak, Ia berharap anak bisa menjadi pelopor kebaikan dan mesin perubahan di Kota Yogyakarta.

Pihaknya membeberkan sudah ada 40 forum anak dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta, disetiap wilayah memiliki kepengurusan dan boleh merekrut anggota baik dari remaja masjid, maupun kelompok seni.

Sementara itu menurut Kepala UPT PTP2A Yogyakarta Paulana menjelaskan, kekerasan anak di Kota Yogyakarta tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Dan bisa dikatakan masih sangat rendah dengan mengacu kejadian yang dilaporkan kepada ptp2a.

Terkait dengan Peran anak sebagai pelopor dan pelapor pihaknya mengapresiasi, namun meski begitu Paulana berharap ada peningkatan kapasitas mereka sebelum diterjunkan ke wilayah.

“Terutama misi mereka sebagai pelopor, sebelum menjadi pelopor harus banyak kita berikan intervensi edukasi bagaimana kekerasan itu dan bagimana pencegahannya,” ucapnya.

Misi bagus ini, kata Paulana, harus didukung dengan mekanisme penetrasi dan intervensi yang banyak dilakukan kepada mereka.

Disisi lain, Paulana mencatat bahwa kekerasan yang terjadi pada anak tidak terlepas dari orang tuanya, sehingga penyebab utama adalah pola asuh dan komunikasi di keluarga yang akhirnya banyak terjadi kekerasan anak.

“Selain hal itu, gadget juga menjadi faktor yang mendorng terjadinya kekerasan pada anak pada masa sekarang ini. Sehingga harus kita sampaikan bagaimana cara memanfaatkan gadget dengan bijak,” ujarnya. (Tam)