Syawalan di Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X Ajak Masyarakat Rajut Kembali Persatuan

Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar Syawalan dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Senin (17/6/2019) bertempat di Halaman Balaikota Yogyakarta.

Gubernur DIY hadir didampingi GKR Hemas, bersama dengan Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X dan KGBRAy Paku Alam, serta para pejabat di lingkungan Pemda DIY.

Dalam kesempatan itu Sri Sultan mengajak masyarakat untuk merajut kembali persatuan dengan menyambung tali silaturahmi pada momentum idul fitri dan juga syawalan ini.

“Di hari yang fitri ini, marilah kita pererat tali silaturahmi antar anak bangsa, yang tidak sebatas berjabat tangan dan saling memaafkan, melainkan dikembangkan menjadi kebersamaan, kerja sama, saling berbagi dan bersinergi dalam membangun peradaban bermartabat, untuk mengejar kemajuan bangsa lain di dunia,” kata Gubernur DIY.

Jika menengok fakta politik, sambungnya, polarisasi akan memperlemah demokrasi. Para elite mengeksploitasi politik identitas dan menebar kampanye hitam berupa hoax dan ujaran kebencian melalui media sosial.

Menurutnya Kondisi itu dikhawatirkan akan mempertajam polarisasi, karena proses komunikasi seperti itu meniadakan niat berunding.

“Berita medsos dijadikan alat konfirmasi keyakinan perkubuan yang terlanjur berlumur kebenaran versinya sendiri. Di Era Post-Truth ini, fakta bersaing dengan hoax untuk dipercaya,” jelas Sri Sultan.

Sekarang, masih kata Sri Sultan, kepakaran runtuh karena setiap orang merasa menjadi pakar dadakan dan tahu segalanya berkat akses mudah ke berbagai sumber informasi.

Meski belum sepenuhnya terjadi, Pihaknya juga mengkhawatirkan soal keIndonesiaan dan hilangnya persaudaraan, serta bubarnya Indonesia sebagai rumah bersama. Suasana ini membuat banyak pihak yang peduli keIndonesiaan berupaya menghidupkan narasi kebangsaan, persatuan, dan realitas keberagaman, dengan menyisir dan memisahkan para free-rider dari arena perkubuan.

“Dalam situasi ini, ada baiknya kita merenungkan kembali konsep persaudaraan menyeluruh yang berpijak pada tiga komponen utama. Persaudaraan atas dasar Islam  --ukhuwah Islamiyah, persaudaraan kebangsaan --ukhuwah wathaniyah, dan persaudaraan kemanusiaan --ukhuwah insaniyah. Dimana kehadiran Islam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta --rahmatan lil ‘alamin,” paparnya.

Dengan begitu, imbuhnya, dapat diharapkan rasa persaudaraan akan terdorong dari nurani para pihak untuk melakukan perjumpaan dan memusyawarahkan hal-hal yang menjadi titik tengkar. Persaudaraan semacam ini adalah modal dan kekuatan bangsa Indonesia untuk bersama-sama menghadapi dan mengurai segala perbedaan  dengan islah.

Menurutnya, Islah politik atau rekonsiliasi adalah memperbaiki, mendamaikan, mengembalikan harmoni kehidupan, dan menghilangkan sengketa atau kerusakan. Ada pun menurut istilah, kalau dalam satu golongan terjadi perbedaan, perlu ada pihak ketiga yang menengahi dan meng-islah-kannya.

“Di Hari Fitri ini, marilah kita membacakan puisi Ilahiah guna mempererat kembali tali silaturakhim antaranak bangsa, yang tak sebatas berjabat tangan dan saling memaafkan. Melainkan dikembangkan menjadi kebersamaan, kerjasama, saling berbagi dan bersinergi dalam membangun peradaban yang bermartabat untuk mengejar kemajuan bangsa-bangsa lain di dunia,” ucapnya.

Sementara itu Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti dalam ikrar syawalannya meminta ijin kepada Gubernur untuk uji coba semi Pedestrian Malioboro bebas kendaraan bermotor selapan sekali setiap Selasa Wage yang akan dimulai pada 18 Juni 2019.

Haryadi mengatakan Pemkot Yogyakarta dan Pemda DIY sudah siap melakukan uji coba semi Pedestrian Malioboro. Pihaknya juga telah menyiapkan rambu-rambu yang dibutuhkan.

“Uji coba semi Pedestrian Malioboro besok Insyaallah. Kami sudah siap untuk personal maupun rambu-rambu yang ada di kawasan Malioboro,” kata Haryadi. (Han/Tam)