Mengenang Pahlawan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Tegalrejo Adakan Kirab Budaya

Masih dalam nuansa Kota Yogyakarta berhati nyaman tak lepas dari perjuangan para pahlawan terdahulu dalam membela kemerdekaan Indonesia. Salah satunya Pangeran Diponegoro, lahir di Yogyakarta dengan nama Mustahar yang semasa kecilnya Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas Antawirya.

Salah satu pahlawan di Kota Yogyakarta khususnya di wilayah Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo yakni Pangeran Diponegoro, membuat Heru Kuswanto sebagai Ketua Pelaksana beserta masyarakat sekitar, menggelar Kirab Budaya di Kelurahan Tegalrejo untuk mengenang kepahlawanan Pangeran Diponegoro yang bertempat di lapangan parkir Pendopo Diponegoro, Minggu (21/7).

Kirab Budaya Pangeran Diponegoro ini diresmikan dengan Pendobrakan pintu yang diibaratkan sebagai gerbang menuju kemerdekaan untuk diri sendiri maupun bangsa Indonesia, yang dipandu langsung oleh Trah ke-7 Pangeran Diponegoro. Kirab ini start mulai dari lapangan parkir Pendopo Diponegoro, dan finish di SMP N 7 Kota Yogyakarta.

“Acara ini diadakan untuk mengenang kepahlawanan Pangeran Diponegoro dimana kirab budaya diadakan bertepatan dengan mengenang 194 Tahun Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan dengan tentara Belanda tepat di tanggal sekarang ini” katanya.

Acara ini diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan  Angon Bocah, harapannya kirab budaya ini bisa dilaksanakan setiap tahun dengan tema Mengenang Perlawanan Pangeran Diponegoro.

“Saya sangat terkesan dengan antusiasme masyarakat Tegalrejo dalam mengikuti kegiatan kirab budaya ini, harapannya kedepan kegiatan serupa dapat dilaksanakan lebih meriah dengan konsep yang sama akan tetapi dengan kreativitas di tiap wilayah yang berbeda tapi tetap mengusung tema perjuangan Pangeran Diponegoro,” ungkapnya

Kirab yang dilaksanakan oleh Kelurahan Tegalrejo melibatkan 15 kelompok seni yang terdiri dari 12 kelompok RW, dua kelompok dari SMP N 7 Yogyakarta dan SD Muhammadiyah Tegalrejo serta kelompok milenial dengan nama Tim 12.

“Harapan juga kami sampaikan kepada masyarakat Tegalrejo untuk bersama-sama meneladani perjuangan Pangeran Diponegoro, mari kita gelorakan semangat kepahlawanannya dalam sanubari kita smua,” katanya.

Selain itu disisi lain, dengan berpakaian jawa kuno serta berpakaian seperti Pangeran Diponegoro, Nisrina salah satu siswi SMP N 7 Kota Yogyakarta mengatakan, antusias dan senang diadakannya kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelurahan Tegalrejo.

Ia mengataka sebagai peserta Karnaval ini membawa  empat maskot  dari total 32 siswa anak yang ikut dalam barisannya. Maskot tersbut merupakan perwujudan seorang Pangeran Diponegoro beserta  istri,  Alibasyah Sentot serta Kyai Mojo yang menjadi pengikutnya. Adapun penamilan Nisrina dengan membacakan puisi Pangeran Diponegoro dari penulis Khairil Anwar.

“Berharap lebih bagus lagi keikut sertaan Karnaval yaitu ke anak muda, ini merupakan bentuk meneladani semangat yang di berikan Pangeran Diponegoro, membangkitkan lagi semangat Diponegoro, yang dimasa pembangunannya meraih kemerdekaan, mengenang semangat juang dan meneladaninya” ungkapnya.

Selain itu, Roni Sadewo yakni merupakan Trah ke-7 dari Pangeran Diponegoro mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk peran aktif Kelurahan Tegalrejo dalam melestarikan budaya dan sejarah  yang ada di Tegalrejo.

“Kegiatan ini berkaitan erat dengan Pangeran Diponegoro, agar pendatang yg tidak tau tempat ini dapat mengetahui ternyata tempat ini memiliki sejarah, diharapkan semua masyarakat ikut menjaga nilai-nilai sejarah yg ada bukti sejarah, jangan sampai bukti sejarah dilupakan maka pelajaran sejarah dilupakan juga,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa, acara seperti ini harus dilestarikan khususnya untuk anak-anak diusia lebih dini, agar sejarah yang ada di Tegalrejo ini dapat di lestarikan dan di syiarkan.

“Event-event ini tidak dibatasi umur dari golongan manapun boleh ikut. Biarkan anak- anak mengerti sejarah lebih dini, kita hanya di paksa untuk menghafal apa inti peristiwa bersejarah apa yg terjadi dan kenapa harus ada perang diponegoro, maka inilah yang harus kita pahami” ungkapnya.

Roni Sadewo berharap, sejarah dijadikan panduan dan pelajaran bukan hanya saat perang Diponegoro saja namun dimasa sekarang yang sudah merdeka ini, maka Roni Sadewo memiliki organisasi Paguyuban Diponegoro atau disebut Patra Padi.

“Sejarah adalah panduan untuk kita untuk dimasa sekarang dan mendatang. Saat ini keluarga Diponegoro juga sudah ada organisasinya yaitu Paguyuban Diponegoro atau Patra Padi yang kami ini mensyiarkan sejarah melalui social media salah satunya di  youtube saya pribadi, setiap hari sabtu dan minggu dan itu semua berasal dari Babat Diponegoro yang langsung ditulis oleh Pangeran Diponegoro”ungkapnya.  (Hes)