Wawali menerima KKLDN Studi Wilhan Pasis Dikreg LVII Seskoad TA 2019

Selasa siang, 23 Juli 2019 bertempat di ruang Sadewa, Kompleks Balaikota, Timoho Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menerima KKLDN Studi Wilhan Pasis Dikreg LVII Seskoad TA 2019. Kol Kav. Rahyanto Edi Yunianto menyampaikan bahwa rombongan terdiri dari 16 orang pasis dan satu diantaranya berasal dari Negara lain. Dalam kesempatan ini didampingi 4 orang pendamping dan Komandan Kodim 0734 Yogya, Letkol Inf Wiyata S Aji. Pasis ingin mengetahui bagaimana kebijakan dan strategi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengantisipasi  Potensi konflik yang muncul akibat Pemilu serentak 2019.  

Heroe Poerwadi menyampaikan ucapan selamat datang di Kota Toleransi Yogyakarta, Kota Budaya. Kota Wisata dan berbagai predikat yang disandang lainnya. Pada tahun 2018 yang lalu Pemkot menerima penghargaan sebagai Kota Tolerasi, sebuah penghargaan atas upaya membangun kehidupan kebangsaan yang beragam agama, kepercayaan, suku, ras dan golongan. Keberagaman tersebut menjadi sebuah jaring pemersatu yang terikat erat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kota Yogyakarta, dimana masyarakatnya saling bergotong royong, saling menghormati, saling mengisi dan saling bersinergi satu sama lainnya. Hal tersebut bisa kita lihat dari berbagai warisan seni, budaya yang ada di Kota Yogyakarta, dari sisi seni kita bisa lihat perkembangan seni musik gamelan yang dalam beberapa gending atau iringan tari menggunakan tambur yang merupakan kolaborasi seni tradisonal dengan modern, juga adanya tari golek menak yang dipengaruhi oleh perkembangan islam di tanah jawa, ada wayang potehi yang bersinggungan dengan budaya cina, ada wayang wahyu yang bersinggungan dengan agama nasrani, sehingga dapatlah dikatakan bahwa budaya jawa menampung, menyerap budaya lain yang kemudian diaptasikan menjadi sebuah inovasi budaya yang hidup dan berkembang seiring dengan tantangan zaman.

Pemilu Legislatif yang bersifat ideologis dan  Pilpres yang bersifat rasional dilaksanakan bersamaan dengan durasi waktu kampanye yang berbulan-bulan menjadikan pertarungan ideologis rasionalis di masyarakat yang membuat haru biru masyarakat. Di Kota Yogyakarta kawasan ideologis telah dipetakan dan komunikasi dalam Forkominda maupun silaturahmi dengan tokoh agama, tokoh partai piolitik, tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dilaksanakan sejak awal sehingga haru biru akibat Pemilu serentak bisa diantisipasi sejak dini. Dukungan TNI – Polri melalui struktur berjenjang dan jaringan intelejennya membuat kami di Forkominda bisa mendeteksi berbagai kemungkinan dan membuat kebijakan antisipasinya. Alhamdulillah kami berhasil merajut dan membingkai warga Kota Yogyakarta dalam Kesatuan dan Persatuan  untuk lebih berkiprah membangun Yogyakarta Istimewa. Dialog berlangsung seru dan antusias terlebih adanya empat Pasis yang menyampaikan pertanyaan. Acara diakhiri dengan penyerahan cinderamata dan foto bersama. 

Di Penghujung Heroe Poerwadi bertutur, bahwa Pager mangkok lebih kuat dari pager tembok yang dapat dimaknai dengan membangun komunikasi ke lingkungan melalui mangkok atau makanan akan lebih efektif dibandingkan membangun pagar tembok mengelilingi rumah. (ant)