Pengentasan kemiskinan melalui pendekatan segmented

Tim Koordinasi Penangulangan Kemiskinan (TKPK) Kecamatan Tegalrejo menggelar Sosialisasi Pemaparan Hasil Kerja TKPK Kelurahan se Kecamatan Tegalrejo, Semester 1 tahun 2019. Sosialisa yang dilaksanakan pada hari Senin Siang, tanggal 29 Juli 2019 bertempat di Kantor Kecamatan Tegalrejo. Hadir dalam sosilisasi tersebut TKPK Kelurahan dan lurah se-kecamatan Tegalrejo serta tokoh masyarakat, koramil, kepolisian, camat dan Bapeda Kota Yogyakarta. Dalam sambutannya  Camat Tegalrejo, Riyanto menyampaikan bahwa paparan harus obyektif, disampaikan apa adanya, dengan obyektif dan apa adanya akan memudahkan dalam memberikan solusi atas permasalahan yang muncul dalam pengentasan kemiskinan. Pemerintah Kota melalui berbagai upaya program telah melakukan intervensi untuk menekan angka kemiskinan, diantaranya dengan penguatan ekonomi melalui gandeng gendong, penanaman sayur, buah dan lele cendol. Sore ini kami akan melakukan panen madu lanceng di Jatimulyo, Masyarakat melakukan budidaya lanceng berbarengan dengan kampung sayur dan buah, harapan kami dari kombinasi diatas akan berdampak ekonomi pada warga masyarakat dalam bentuk peningkatan penghasilan dan kesejahteraan. Sementara Dari Bapeda Kota Yogyakarta memaparkan bahwa target penurunan angka kemiskinan sesuai dengan RPJMD Kota Yogyakarta di tahun 2022 adalah 7,1 %. Target penurunan  angka tersebut telah berhasil dicapai di tahun 2019, namun berdasarkan data terbaru dari Pemerintah Pusat bahwa untuk Kota Yogyakarta target  angkat kemiskinan di tahun 2022 adalah 5,45 %.

Wakil walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi yang hadir dalam sosialiasasi pemaparan tersebut diatas memberikan arahan bahwa dalam penurunan angka kemiskinan kita harus fokus dan memiliki program yang terukur. Fokus pada sasaran yang dipilih berupa siapa sasaran kita, seperti apa kondisinya dan bagaimana program yang tepat untuknya. Di Kota Yogyakarta kita telah mensepakati irisan data kemiskinan dari data KMS yang disandingkan dengan data pusat. Harapan kami dengan menggunakan irisan data tersebut maka penurunan angka kemiskinan baik dalam data kms maupun pusat akan seiring sama hasilnya. Terlebih sekarang masih ditemukan satu orang mendapat intervensi program baik dari kota, provinsi maupun pusat. Ke depan intervensi yang diberikan akan diatur sehingga siapapun yang mendapat intervensi Kota, Provinsi, Pusat merupakan produk intervensi yang berkelanjutan tidak sekedar menumpuk tapi terstruktur sesuai dengan skenario pengentasan kemiskinan pada masing-masing tingkatan. Dengan demikian maka siapa mengerjakan apa akan terjawab dalam kesepakatan yang dibuat ini. Tahuin ini ada dana sekitar 133 miliar di Kota Yogyakarta yang akan digunakan untuk program peningkatan kesejahteraan masyarakat guna mengurangi angka kemiskinan di Kota Yogyakarta. Dewasa ini kita hendaknya bermain taktis dimana menggunakan satu peluru untuk satu individu bukan lagi obral peluru.

Setelah fokus maka program yang diberikan juga harus terukur sehingga apa yang dilakukan bisa dievaluasi sejauhmana perkembangan programnya. Selain terukur juga haruslah terstruktur agar jelas penangungjawab pada masing-masing tahapan programnya.Melalui program yang terukur maka kita bisa memilah mana segmen yang harus dibantu, mana yang dilatih mandiri. Ada sebagian warga yang berharap agar mendapat bantuan seumur hidup padahal kalau dilihat dari data di Kota Yogyakarta mestinya bantuan tersebut bisa dialihkan karena penerima bantuan sebelumnya telah bisa mandiri. Namun sikap mental yang menghalangi individu untuk maju dan lebih memilih untuk menerima bantuan. Dalam situasi seperti ini hendaknya data individu yang seperti itu dipilah dan dipisah dengan yang lain agar memudahkan dalam intervensi program. Harus diakui program intervensi yang akan dilaksanakan sangat ragam atau bervariasi dalam kelompok segmen yang berbeda satu dengan lainnya. Sebagai konsukuensi dari segmentasi maka pelatihan yang diberikan juga berbeda satu dengan lainnya. Pelatihan yang dipilih menyesuaikan dengan kondisi masyarakat dalam satu kelompok, misal potensi dan sumber daya manusia dalam kelompok tersebut adalah jasa olahan pangan maka pelatihan yang diberikan adalah masak atau membuat olahan pangan. Pelatihan olahan pangan tersebut belum tentu tepat jika diterapkan dalam kelompok lain, sehingga kelompok lain mendapat pelatihan berbeda, misal budidaya ikan lele cendol atau lainnya yang sesuai. Perbedaan jenis pelatihan ditentukan melalui kajian bukan berdasarkan biasane apalagi copy paste program sebelumnya.Oleh karena itu para pendamping harus arif dan bijak dalam melakukan kretaifitas program pendampingan pengentasan kemiskinan. Harapan kami dengan pendekatan segmented akan memudahkan kita dalam mengurai permasalahan kemiskinan di Kota Yogyakarta dengan program yang tepat, akurat, terukur terstruktu dan pendampingan profesional. (ant)