Gelar Workshop, Dinkes ingin Tingkatkan Kualitas Balita

Sebagai upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi serta peningkatan kualitas kesehatan anak dan bayi di Kota Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta untuk kelima kalinya menggelar Workshop P2KB di Hotel Laxton (31/07/19). Dalam workshop ini mengundang Kepala Sekolah SMP, SMA/K, PKK Kecamatan dan Kelurahan, OPD, pimpinan dunia usaha, Puskesmas, Camat hingga Lurah. Acara workshop merupakan kegiatan lanjutan dari advokasi yang sebelumnya telah dilakukan ke OPD-OPD terkait.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yang diwakilkan oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Tri Mardoyo mengatakan, angka stunting di Kota Yogyakarta masih tinggi dan negara Indonesia sendiri menempati peringkat kedua tertinggi di ASEAN.Selain itu, angka kematian ibu juga masih banyak.

“Saat ini, remaja putri yang terkena anemia  mencapai 45%, sedangkan ibu hamil mencapai35%. Kondisi inilah yang memicu kematian pada ibu hamil semakin besar. Kurangnya nutrisi pada saat kehamilan dan kurang sehatnya kondisi ibu juga menyebabkan bayi lahir stunting. ”, tutur Tri.

Stunting sendirimerupakan gagalnya pertumbuhan pada balita karena kekurangan gizi kronis. dr. R. Sutomo, SpA selaku narasumber mengakatakan, kehamilan sebaiknya sudah diketahui sejak awal agar sang Ibu dapat memperhatikan nutrisi yang diberikan. Selanjutnya, pada saat bayi lahir, pemberian nutrisi dan stimulasi pada balita agar terus diperhatikan untuk membantu proses belajar dan tumbuh kembang anak.

“Fungsi-fungsi dasar sel otak berkembang paling pesat pada masa awal kelahiran, terutama perkembangan indra penglihatan dan pendengaran.”, ucap Sutomo

Dirinya juga menyebut bahwa balita adalah masa keemasan, sensitif, dan jendela kesempatan. Pertumbuhan balita terutama pada dua tahun pertama kehidupan atau 1.000 hari pertama ditentukan oleh nutrisi dan stimulasi. Sedangkan faktor genetik memiliki pengaruh yang kecil karena pada dua tahun pertama, potensi yang dimiliki oleh semua anak sama.

“ASI menjadi nutrisi yang sangat penting karena mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh balita. Pemberian ASI akan memberikan stimulasi penglihatan, pendengaran, perabaan, dan pembauan, serta interaksi.”, ungkap Sutomo.

Lebih lanjut,kualitas kesehatan mempunyai andil yang besar pada naik turunnya angka kematian ibu dan  bayi. Angka kematian yang tinggi pada ibu dan bayi menandakan bahwa pelayanan yang ada masih belum maksimal. Akan tetapi, permasalahan sebelum kehamilan yang diderita pada ibu berpengaruh.Hal ini seperti yang disampaikan oleh dr. Irwan Taufiqurahman, Sp.OG (K) yang juga mengisi pada workshop kali ini.

“Angka kematian ibu adalah ketika terjadi kematian dalam waktu 42 hari setelah lahir. Hal ini berhubungan dengan reproduksi dan proses persalinannya.”, kata Irwan.

Sedangkan kematian bayi, lanjut Irwan, selain dipengaruhi oleh kualitas persalinan, juga dipengaruhi oleh kondisi bayi itu sendiri. Kondisi ini meliputi masalah-masalah yang ada pada bayi seperti bayi prematur, berat badan kurang, dan kelainan kongenital.

Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah selaku pembuat kebijakan menetapkan SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan mensosialisasikanProgram P2KB untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi serta pengimplementasian Perda ASI No. 1 Tahun 2014 dan Perwal No. 34 Tahun 2004 untuk meningkatkan kualitas balita. (alr)