Kolaborasi seni lahirkan Seni Unggul kelas dunia

Minggu Sore, 4 Agustus 2019 di titik nol kilometre digelar Dolanan Bocah dengan tajuk njobo latar, sebagai bagian dari Jogja Cross Culture. Ragam dolanan bocah ditampilkan mulai dari ular tangga, dakon, lumpatan/lompat tali, egrang, gasing, engklek, holahop, bakiak, dll. Ratusan anak dari empat belas kecamatan se-kota Yogyakarta memainkan beragam dolanan bocah tersebut. Dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi turut serta ambil bagian dalam permainan tersebut. Heroe memainkan gasing nersama anak-anak,  berjalan menggunakan egrang dan menyapa serta menyalami anak-anak yang bermain satu persatu. Dalam setiap kesempatan di berbagai permainan Heroe tak lupa bertanya tentang permainan tersebut. Dengan sabar didengarnya penelasan anak-anak tentang permainan yang dimainkan tersebut. Setelah bermain Heroe menjelaskan tentanmg makna dolanan bocah, menurutnya dolanan bocah merupakan media membentuk karakter anak, melalui dolanan anak mereka berlatih dan terbiasa untuk jujur apa adanya, tanpa kecurangan. Hal ini dimungkinkan karena setiap anak berbuat curang akan diingatkan oleh rekannya dalam bermain. Proses pembiasaan dalam berbuat jujur ini akan membentuk anak berperilaku jujur yang akan dibawanya hingga dewasa kelak. Selain melatih kejujuran juga mengandung kebersamaan dimana dalam sebuah permainan antara satu dengan lainnya saling terkait, saling membantu, saling terintegrasi dalam bingkai permainan yang dilakoni. Dari kebersamaan tersebut lahir  budaya gotong royong yang selama menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari.  

Setain Dolanan Bocah, sore  itu juga digelar Jog Jag Nong atau njoged njalar atau sering juga disebut flashmob. Diawali dengan mobil pemadam kebakaran yang berjalan diiringi drummer dan diikuti ratusan penari flashmob dari 14 kecamatan. Puluhan drumer menggebrak suasana sore itu dengan gebukan drum yang dipandu dari atas mobil pemadam kebakaran. Riuh rendah nada drum memandu orang bertepuk tangan takjub atas suguhan berkelas tersebut. Heroe Poerwadi pun turun dari panggung untuk bersama masyarakat menikmati gebukan drum tersebut. Perlahan nada berubah dari drum ke gamelan, seiring dengan gerak penari kuda kepang atau yang akrab disebut jathilan. Iringan music gamelan memacu orang uintuk menggerakkan badan, menggerakkan tangan, menggerakkan kaki, lebur menyatu dalam ritme jathilan massal. Tak ketinggalan Heroe Poerwadi pun larut turut serta menari jathilan bersama ratusan warga kota Yogyaka yang tumpah ruah di titik nol kilo meter.  

Sekitar sepuluh menit flashmob berlangsung meriah dilanjutkan dengan demo tarian dari 14 kecamatan yang lewat di hadapan Heroe Poerwadi, Setiap kecamatan unjuk kebolehan sambil melintas menari unjuk potensi. Heroe berharap apa yang disajikan sore ini membuktikan eksistensi seni tradisi di Kota Yogyakarta yang bisa selaras berkolaborasi dengan ragam seni lain dan menjadi sebuah produk seni baru yang kreatif dan inovatif. Ragam karya tersebut telah tertoreh sebagai khasanah seni  yang menguatkan image Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya Dunia.  (ant)