Gandes Luwes, Jenang Golong Gilig untuk Jogja yang mendunia

  

Minggu malam, 4 Agustus 2019 di titik nol kilometre digelar Historical Orchestra atau selaras juang, pementasan yang menjadi bagian dari Jogja Cross Culture yang berupa poagelaran music yang dikemas dalam sebuah orchestra yang melantunkan lagu=lagu perjuangan. Setelah pementasan Historical Orchestra dilanjutkan dengan peluncuran program GANDES LUWES dan JENANG GOLONG GILIG oleh Wakil walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi. Dalam sambutannya Heroe Poerwadi menjelaskan bahwa Gandes Luwes berakar dari budaya Yogyakarta  yang tercermin dalam perilaku masyarakatnya. Warga Yogyakarta memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa ketika bersinggungan dengan budaya asing, adapatasi tersebut justru menghasilkan sebuah keterpaduan antara budaya local dengan budaya asing yang melahirkan sebuiah budaya baru tanpa tercerabut dari akar budayanya. Gandes luwes juga bisa diterjemahkan sebagai sesuatu yang sarwo wangon pas, enak dipandang. Gandes luwes merupakan Slogan Kota Yogyakarta untuk lebih menggerakkan semua Pemangku kepentingan untuk mendukung penataan dan pembangunan Kota Yogyakarta agar masyarakat m,erasa aman, nyaman dalam berusaha dan beraktifitas.  

Lebih lanjut Heroe Poerwadi menjelaskan bahwa selain Gandes Luwes juga diperkenalkan program jenang golong gilig, yang diterjemahkan sebagai keinginan bersama warga Kota Yogyakarta yang bertekad bulat, bergotong royong untuk membangun olahan pangan atau lebih dikenal dengan kuliner yang mendukung Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya Dunia. Dukungan kuliner tersebut melalui berbagai kreasi dan inovasi padu padan makanan tradisional dan modern yang menghasilkan produk baru, Dulu orang mengenal bakpia dengan konsep oven sekarang dengan kemajuan teknologoi ada bakpia kukus yang secara rasa dan proses sangat inovasi dari bakpia yang oven, dulu orang mengenal gudeg dalam bungkus sekarang gideg bisa diolah menjadi makanan dalam kaleng. Kemajuan teknologi telah merubah proses produksi dan kemasan yang menghasilkan produk kreatif khas Jogja.  

Setelah peluncuran program gands luwes dan jenang golong gilig dilanjutkan dengan penutupan Jogja Cross Culture yang ditandai dengan dicabutnya gunungan wayang oleh Wakil Walikota Yogyakarta.. Selanjutnya dipentaskan berbagai atraksi seni budaya yang merupakan kolaborasi instrumen tradisional dengan modern, kolaborasi antara seniman muda dan seniman mendunia, kolaborasi tari taradisional dan modern.. Dalam kata penutupnya Heroe menyatakan gelaran Jogja Cross Culture yang pertama ini akan diteruskan dalam tahun berikutnya secara rutin dan menjadi salah satu kalender even Pemerintah Kota Yogyakarta. Mudah-mudajhan kerja bareng Pemkot dengan para seniman ini akan menguatkan Yogyakarta dengan identitasnya sebagai Kota Budaya yang dikenal seantera dunia dan menjadi destinasi wisata unggulan. (ant)