Dari Meja makan,  bangun generasi unggul

Kamis siang, 22 Agustus 2019 Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Yogyakarta menggelar Workshop kembali ke meja makan, di Ruang Bima, Kompleks Balaikota, Timoho, yang diikuti oleh Kepala Dinas/Badan, Camat, Lurah, TP PKK, LPMK, Kampung KB dan pemerhati kependudukan. Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani bahwa seiring dengan kemajuan teknologi yang ditandai dengan hadirnya web 4.0 telah merubah paradigma dan cara berkomunikasi antar individu, dimana tatap muka secara langsung menjadi berkurang digantikan dengan chat di media sosial, dahulu ketika sebuah keluarga berkumpul maka akan terjadi dialog yang panjang, namun sekarang masing-masing individu asyik bermain gawai/gudget masing-masing. Berkurangnya komunikasi langsung tersebut berdampak menurunnya kualitas hubungan antar individu dalam satu keluarga, oleh karena itu kami bermaksud mengembalikan kehangatan komunikasi keluarga dalam bentuk gerakan kembali ke meja makan 1821 tanpa gawai. Gerakan ini bertujuan untuk menguatkan kembali ikatan komunikasi antar individu dalam sebuah keluarga melalui meja makan. Maksud meja makan adalah membangun komunikasi orang tua dengan anak pada saat setelah makan melalui dialog sederhana dari hati ke hati yang mampu menautkan hati dalam sebuah kemesraan keluarga. Sedangkan angka 1821 tanpa gawai adalah pada saat jam 18.00 – 21.00 orang tua dan anak melakukan makan malam dan berdialog tanpa menggunakan gawai/gudget. Dengan komposisi waktu makan 30 menit dan 90 menit berdialog diharapkan mampu meningkatkan hubungan batin antara orang tua dengan anak. Workshop ini dengan narasumber, Ketua TP PKK Kota Yogyakarta, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, BAPPEDA Kota Yogyakarta dan  DR. Dody Hartanto, M.Pd. 

Pejabat Sekretaris Kota Yogyakarta, Heri Karyawan yang mencanangkan Gerakan Kembali ke Meja Makan 1821 tanpa gawai membacakan sambutan Walikota Yogyakarta, saat ini hubungan antar keluarga menjadi kurang akrab dikarenakan masing-masing anggota keluarga sibuk dengan pekerjaan atau yang sekarang lagi ngetren adalah sibuk bermain gawai. Gawai atau gudget adalah buah kemajuan teknologi yang bermata dua dimana kita bisa menghadirkan manfaat melalui komunikasi dan informasi yang didapat secara on line dan disisi lain akan membuat hubungan silaturahmi/komunikasi langsung antar individu menjadi berkurang. Kurangnya hubungan antar individu tersebut berdampak kurang akrabnya hubungan antar individu dalam sebuah keluarga. Keakraban antar individu baik antara ayah dengan anak, ibu dengan anak maupun ayah dengan ibu dan anak dengan anak akan berpengaruh pada ketahanan keluarga. Oleh karena itu melalui Gerakan kembali ke meja makan, mari kita bangun kembali konstruksi hubungan antara orang tua dengan anak agar semakin akrab, harmoni guna meningkatkan ketahanan keluarga menuju keluarga sejahtera. Mudah-mudahan melalui pencanangan Gerakan Kembali ke meja Makan 1821 tanpa Gawai, kita wujudkan ketahan keluarga menuju keluarga sejahtera yang akan melahirkan generasi unggul. Setelah membacakan sambutan, acara  dilanjutkan dengan penyerahan bantuan dan penandatangan pencanangan Gerakan Kembali ke Meja Makan 1821 Tanpa Gawai.

Dalam kesempatan itu Dody Hartanto salah satu nara sumber menjelaskan cara membangun komunikasi yang efektif antar individu dalam keluarga membutuhkan skill. Seperti bagaimana cara kita berbicara dengan anak, dimana posisi duduknya, bagaimana intonasi suaranya. Kita harus NYAWIJI yakni ; menyatu menyayangi, Welas asih, bijaksana, dan jauhkan intimidasi. Dengan konsep itu komunikasi antara anak dengan orang tua akan terjalin erat dan terbangun hubungan yang harmoni. Sementara menurut tokoh masyarakat yang hadir, bahwa pentingnya suri tauladan orang tua akan mempengaruhi tumbuh kembang anak, hal ini dikarenakan orang tua adalah contoh nyata anak dalam berperilaku, andaikata orangtua bersikap santun dan halus maka anak akan terbentuk menjadi anak yang santun halus. Lebih lanjut Emma Rahmi Aryani, bertutur bahwa Gerakan Kembali ke Meja Makan 1821 Tanpa Gawai membutuhkan kerjasama dan sinergitas antara OPD dan masyarakat, di semua tingkatan dari mulai Keluarga, Kampung, Kelurahan, Kecamatan hingga Kota. Oleh karena itu mari kita satukan tekad dan bergotong royong membangun Jogja melalui Gerakan Kembali ke Meja Makan 1821 Tanpa Gawai. (ant)