Atasi Banjir, Warga Gunungketur Kembangkan Biopori Jumbo

 

Warga RW 03 Kelurahan Gunungketur memiliki cara inovatif untuk menanggulangi masalah banjir dan genangan air yang terjadi saat musim hujan tiba.

Biopori adalah lubang silindris yang dibuat vertikal ke dalam tanah. Fungsinya untuk meningkatkan daya resap air pada tanah. Biopori umumnya memiliki lubang dengan diameter kecil sekitar 10 cm. Pada biopori jumbo yang dikembangkan di Gunungketur berdiameter sekitar 50 cm.

Hanya bermodal tong bekas cat, warga memanfaatkannya sebagai media pembuatan lubang resapan air. Biopori dibuat dengan cara ditanam ke dalam lubang tanah sedalam kurang lebih 70 cm, dengan diameter 50 cm.

Ketua RW 03 Kelurahan Gunungketur Hendro Purnomo menyebut wilayahnya sejak beberapa tahun terakhir ini mengalami banjir saat musim hujan tiba, hal itu disebabkan karena kontur tanah yang bagian barat terlalu tinggi.

“Saat musim hujan, genangan air hingga mencapai lutut orang dewasa, semoga biopori jumbo ini bisa menjadi solusi masalah tersebut,”ujarnya, Sabtu (31/8/2019).

Meski baru ada empat titik biopori, warga berencana akan mengembangkan lagi secara mandiri. “Saat ini memang yang kita butuhkan baru empat titik di sepanjang gang yang menjadi arus air dari atas,” jelasnya.

Selain digunakan sebagai resapan air, bipori jumbo tersebut juga digunakan sebagai komposter yang secara periodik selama satu bulan sekali akan dimanfaatkan sebagai media tanam bagi warga.

“Kebetulan disini warga juga mengembangkan lorong sayur, jadi biopori ini juga bisa dimanfaatkan sebagai media pembuatan pupuk kompos,” imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengapresiasi langah tersebut. Menurutnya Biopori ini cara cerdas dan berguna untuk mengatasi masalah genangan air sekaligus konservasi air.

Mengingat air menjadi kebutuhan sehingga perlu dijaga ketersediaanya dan kualitasnya. Pengembangan biopori jumbo juga dinilai memiliki manfaat ganda.

“Biopori jumbo selain untuk konservasi air, sampahnya bisa untuk pupuk. Karena konsepnya air masuk ke biopori jumbo disaring sampah-sampah organik di atasnya lalu di bawah untuk menampung air,” terang Heroe.

Heroe berharap bipori jumbo bisa segera dikembangkan di seluruh wilayah di Kota Yogyakarta, terutama di wilayah yang menjadi langganan banjir. (Tam)