Kirab, Jamasan dan Pameran Tosan Aji

Jamasan pusaka atau disebut juga siraman pusaka merupakan tradisi rutin setiap tahun pada bulan Suro. Kata jamasan atau Siraman dapat diartikan sebagai laku memandikan atau membersihkan benda seperti tosan aji berupa keris, tombak atau benda lain yang dianggap sebagai pusaka oleh yang empunya. Melalui jamasan sang empunya akan mengetahui kondisi real dari setiap pusaka yang dimilikinya, sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan bila ada yang mengalami kerusakan. Warga Kricak sebagai bagian integral dari masyarakat Jawa juga menggelar Kirab Budaya dan Jamasan Pusaka pada Minggu pagi, 8 September 2019. Joko Haryanto, Ketua Kelurahan Budaya Kricak menyampaikan bahwa kegiatan Kirab, Jamasan Pusaka dan Pameran Tosan aji  sudah dilakukan yang keempat kalinya, dari 153 pusaka yang dijamasi hanya 74 pusaka yang kami pamerkan. Kegiatan ini diawali dengan kirab pusaka yang mengambil start dari halaman Kantor Kelurahan Kricak, kemudian berjalan menuju RW 05  dengan dikawal oleh Bregodo Jayeng Ponco dan masyarakat. Setelah kirab dilanjutkan dengan penyerahan tombak  Pusaka Kricak pada Lurah Kricak untuk dimintakan nama pada Wakil Walikota Yogyakarta.

Dalam kesempatan itu Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi memberikan nama Kyai Geget Simbar Budoyo pada tombak pusaka tersebut. Nama tersebut dikandung maksud sebagai semangat yang menyatu dalam tekad lahir dan batin untuk membangun kehidupan yang hadi luhung menuju kehidupan masyarakat kricak yang membaik dari tahun ke tahun. Setelah memberikan nama dan menyerahkan kembali tombak pusaka dilanjutkan dengan sambutan. Heroe Poerwadi dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan terima kasih pada warga masyarakat Kricak yang telah nguri-uri budaya. Budaya jamasan hendaknya jangan dimaknai sebagai  jamasan pusaka semata, namun juga sebagai upaya untuk membersihkan diri dan lingkungan yang dapat  diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam mewujudkan lingkungan yang bersih, asri dan nyaman. Melalui tombak pusaka diharapkan menjadi simbol kebulatan tekad, simbol pemersatu, dimana kita disatukan tekad untuk memetri budaya, disatukan tekad untuk hidup dan berkehidupan yang lebih baik. Untuk menuju itu maka diperlukan budaya berpikir, bertindak dan berperilaku. Budaya berpikir dapat dijabarkan melalui bagaimana kita mengatasi permasalahan di lingkungan melalui pemikiran yang konstruktif dan positif agar solusi yang didapat dari setiap persoalan tidak menimbulkan persoalan berikutnya. Budaya bertindak dapat dimaknai dengan tindakan-tindakan yang  bermanfaat untuk lingkungan, sedangkan perilaku dalam bentuk suri tauladan.  Oleh karena itu kegiatan memetri budaya tidak hanya terhenti pada bentuk seperti upacara atau pementasan, namun teruslah berkreasi dan berinovasi dalam membangun Kricak tanpa meninggalkan budaya lokal. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan mendapat Ridho Alloh SWT dan menjadikan kita lebih bermanfaat untuk sesama, amin.

Dalam kesempatan tersebut Lurah Kricak, M. Ikhwan Pribadi juga menyampaikan dengan adanya tombak pusaka Kyai Geget Simbar Budoyo  sebagai simbol yang menyatukan seluruh lapisan masyarakat Kricak yang heterogen, dan dari kirab budaya diharapkan mampu menguatkan karakter Kricak sebagai Kelurahan Budaya, sekaligus upaya untuk melestarikan dan menumbuhkan rasa cinta generasi muda terhadap warisan budaya berupa tosan aji. (ant)