Puluhan Kain Batik Di Pamerankan Di Taman Pintar

Pemerintah Kota Yogyakarta bersama Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman menggelar pameran batik yang bertajuk Batik Dalam Ruang Dan Waktu. Pameran digelar dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional.

Sebanyak 17 lembar kain batik koleksi Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman dipamerkan di Taman Pintar Yogyakarta selama 9 hari mulai hari ini tanggal 20 hingga 29 September 2019.

Koleksi batik Kraton Yogyakarta yang dipamerkan di antaranya Nogosari, Grompol, Sidoasih, Semen Romo, Sidomukti, Cakar Ayam dan Babon Angrem.

Ketujuh kain batik tersebut digunakan dalam prosesi mitoni atau selamatan tujuh bulanan putri Raja Kraton Yogyakarta, GKR Hayu.

Semua motif batik untuk mitoni tersebut memiliki makna dalam yakni agar anak yang dilahirkan memiliki karakter, kepribadian dan kedudukan yang baik.

Sementara koleksi batik dari Kadipaten Pakualaman karya GKBRAY Paku Alam berupa pepadan atau bait berupa gambar yang digunakan untuk menandai pergantian kumpulan bait tembang macapat dalam satu teks.

Batik Pepadan yang ditampilkan di antaranya Maskumambang (dalam kandungan), Mijil (lahir), Sinom(muda), Kinanthi(tuntuan), Asmarandana (asmara), Gambuh (kecocokan), Dhandanggula (senang), Durma (dermawan) dan Pangkur (menjauhi hawa nafsu).

Selain memamerkan kain batik, pada acara tersebut juga diadakan kegiatan untuk bpara pengunjung seperti kegiatan mewiru, dan membatik, yang diajarkan langsung oleh para narasumber dari Keraton Ngatogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.

Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan pameran ini merupakan bentuk upaya Pemkot yogya dalam melestarikan budaya dan tradisi masyarakat Yogyakarta yang memiliki nilai filosofi yang tinggi. Selain itu, Pameran Batik bertujuan menunjukkan budaya/tradisi dan teknologi yang dapat berjalan beriringan dan melengkapi.

“Mengingat pada tahun lalu pameran batik cukup ramai karena bersamaan dengan penunjung Taman Pintar yang banyak. Oleh sebab itu pameran diadakan di gedung Domes. Untuk menarik masyarakat, pameran juga mengadakan kegiatan membatik dan mewiru pada akhir pekan.” Katanya di lokasi.

Pada kesepatan tersebut Wawali pung  mengajak para pengunjung terutama generasi millenial untuk mengambil bagian penting dari kegiatan tersebut.

”Jadilah motor pelestari batik, jadilah bagian dari sejarah batik dari masa ke masa. Sebagai warisan budaya batik harus terus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia terutama generasi bangsa agar keberadaan batik ini terus menjadi icon Indonesia dimanca negara. Dalam hal ini, generasi muda Yogyakarta merupakan generasi yang tepat dalam mengembangkan budaya batik” pesannya. (Han/M Waliudin/Adhika Ryan)