Shibori Mulai Dikembangkan di Kota Yogya

Bagi para penikmat seni atau penggiat bisnis di bidang tekstil mungkin banyak yang sudah tidak asing dengan Shibori. Diusung langsung dari Jepang, Shibori ini mulai berkembang biak di Kota Yogya.

Seperti halnya batik, teknik yang digunakan dalam shibori tidak hanya satu macam, bahkan ada beberapa macam yang disitu terdapat keahlian khusus atau latihan sehingga bisa menghasilkan pola yang benar-benar tidak terduga. Namun, cara utama yang digunakan dalam Shibori adalah mengandalakan ikatan-ikatan yang dibentuk menggunakan karet pada kain sehingga terbentuklah sebuah motif atau pola.

Bahan yang digunakan dalam teknik pewarnaan kain ikat atau Shibori ini masih bisa didapatkan di area Yogya. Ibu-ibu di Ledok Macanan mulai mengembangkan kain Shibori. Usaha kain dan baju-baju yang dipasarkan melalui pameran dan online ini mulanya hanya menawaran barang dengan proses produksi melalui cara jumputan dan eco print. Namun, kini setelah mengenal teknik ikat kain dari Jepang, ia mencoba mengembangkannya pada usaha yang sedang ia jalankan sekarang.

Yang membuat Shibori ini terlihat unik adalah ketika kain pada umumnya dipola menggunakan teknik seperti proses pembuatan batik atau cetak, shibori bisa membius para pencari peluang usaha dengan cara mengajarkan teknik yang dipola dengan ikatan pada kain. Jadi, Shibori ini awalnya diikat dan kemudian dicelup pada pewarna yang dibuat dari daun indigo. Daun indigo yang sudah dikeringkan di bawah sinar matahari lalu kemudian direndam dalam air dan diaduk-aduk. Air daun indigo tersebut lalu didiamkan hingga 100 hari. Selanjutnya dicampur dengan bahan-bahan lainnya hingga menjadi pewarna yang siap digunakan untuk pewarnaan kain pada shibori.

Berawal dari pelatihan yang diadakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2017, Ani mulai dikenalkan dengan Shibori, teknik pewarnaan ikat yang diaplikasikan pada kain sehingga kini banyak produk seperti pasmina, kain dan kaos menjadi barang dagangan yang ia jual di berbagai event saat pameran dan melalui online. Walaupun jika dilihat hampir serupa dengan batik, namun Shibori ini berbeda dengan batik terutama cara pewarnaannya. Selain itu, Shibori tidak menggunakan malam sebagai bahan pewarnaan seperti halnya batik.

Ani memulai menerapkan teknik ikat kain atau Shibori ini pada tahun 2018. Ia menyampaikan jika ia masih dalam tahap belajar juga. Sehingga, bisa dikatakan ia berbisnis dan juga belajar. Menyeimbangkan antara keduanya agar berjalan dengan baik, sebab belum seluruh teknik ikat kain ia kuasai semua. Ia masih perlu banyak memperdalam ilmu mengenai teknik ikat kain yang berasal dari negara matahari terbit ini. (Tam)