Kundur Gonso dan Udik-udik Tandai Berakhirnya Pasar Malam Sekaten

Prosesi Kundur Gongso dilaksanakan di Pogung Masjid Gedhe Kauman, Sabtu (9/11). Kegiatan ini merupakan kembalinya Gamelan Pusaka setelah dimainkan selama satu minggu jelang Maulid Nabi Muhammad SAW 1441 Hijriah.

Selain digelarnya Kundur Gongso, Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Pakualaman X dan Wakil Walikota Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, bersama-sama menyebar uang logam, ini merupakan tradisi yang disebut Udik-udik.

Dalam tradisi ini semua mengenakan pakaian adat jawa, Sultan menyebar uang logam di dua sisi yakni di sisi utara Kanjeng Kyai Guntur Madu dan sebelah selatan adalah Kanjeng Kyai  Naga Wilaga.

Warga berbondong-bondong dan berdesakan untuk bisa mendapatkan uang yang di sebar oleh Sultan antara Rp 500- Rp 1000. Walaupun berdesak-desakan, warga tetap mencoba maju mendekati Sultan yang sedang menebarkan uang logam tersebut.

Prosesi Udik-udik ini diyakini warga, jika mendapatkan uang logam tersebut yang disebarkan oleh Raja Keraton Yogyakarta nantinya akan membawa berkah untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.

Kapten Prajurit Kundur Gongso, Romo Projo Swasono mengatakan setelah tradisi Udik-udik dan pengajian Maulid Nabi SAW selesai, kemudian dilanjutkan dengan Ritual Kundur Gongso. Kundur Gongso merupakan kembalinya gamelan pusaka Keraton.

“Rangkaian ini setiap tahun berjalan dibunyikan pada tanggal 5 dibulan Maulud, yang diawali dari Keraton di Bangsal Ponconeti, setelah itu pada jam 11 malam di bawa ke Masjid Gedhe Kauman yang akan diletakkan disebelah selatan dan utara" katanya.

Romo Projo Swasono mengatakan, Kundur Gongso dimulai pukul 21.00 WIB, kegiatan ini ditujukan untuk memperingati hari lahirnya Nabi muhammad SAW.

“ Acara ini untuk memeriahkan memperingati hari lahir kanjeng Nabi Muhammad SAW pada 12 maulud, yang dimana tahun ini tidak bersamaan dengan 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah,” ungkap Romo.

Tambahnya, nanti keesokan harinya pada Minggu (10/11) akan dilaksanakan Upacara Grebeg Maulud sebagai puncak hari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. “Upacara ini diikuti oleh 10 Bregodo Prajurit, serta Gunungan yang di arak dan diberikan ke tiga tempat yakni Masjid Gedhe, Puro Pakualaman dan Kepatihan,” katanya.

Romo Projoswasana menambahan, harapannya semua warga di Kota Yogyakarta dan sekitarnya melestarikan budaya yang ada di Kota Yogyakarta agar berjalan sampai akhir jaman.

“Harapannya sebagai Prajurit dan juga Abdi Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat, marilah budaya Adiluhung ini supaya dilestarikan di uri-uri sehingga berjalan sampai akhir jaman,” tambahnya. (Hes)