BPBD Kota bentuk 115 KTB di tahun 2019
Badan Penangulangan Bencana Daerah/BPBD Kota Yogyakarta secara berurutan menggelar simulasi bencana pada Minggu, 24/11 di Kampung Patehan, Keparakan Kidul dan Patangpuluhan.
Kepala BPBD Kota Yogyakarta, Hari Wahyudi menuturkan kegiatan simulasi bencana gempa bumi kami laksanakan di Kampung Patehan dan Patangpuluhan, sedangkan di Kampung Keparakan Kidul berupa simulasi bencana banjir.
Simulasi yang dilaksanakan oleh ketiga Kampung Tangguh Bencana/KTB diatas merupakan upaya kami di penghujung tahun 2019 dalam mitigasi bencana berbasis masyarakat.
Sore ini KTB patangpuluhan merupakan KTB yang ke 115, dan pembentukan KTB akan kami lanjutkan pada tahun 2020 dengan sasaran kampung dan sekolah. Melalui dua sasaran tersebut kami berharap masyarakat akan semakin tanggap dan tangguh dalam menghadapi bencana, imbuh Hari.
Wakil Walikota Yogyakarta, yang turut serta hadir mendampingi dan memberikan arahan pada tiga KTB tersebut, berpesan bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta dalam kegiatan mitigasi bencana berbasis masyarakat memprioritaskan tiga daerah, yakni daerah aliran sungai yang memiliki kerawan banjir akibat curah hujan maupun banjir lahar dingin, daerah padat pemukiman dan daerah destinasi wisata.
Sebagai daerah yang secara geografis terletak di cincin api dan lempeng bumi maka masyarakat harus disiapkan, dilatih agar memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam menghadapi bencana. Bencana tidak kita inginkan namun bila datang maka kita harus siap mengantisipasi dan meminimalkan jumlah korban dan kerugian harta benda.
Para relawan yang tergabung di KTB yang tersebar di kampung-kampung akan menjadi ujung tombak, pada setiap tahapan dalam kebencanaan. Kemampuan dalam assesment akan menghasilkan data valid berbasis RT akan bisa digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan. Pemkot akan menyediakan alat dan fasilitas yang mendukung dalam mengantisipasi bila terjadi bencana, seperti sepeda motor roda tiga yang dapat berfungsi sebagai sarana transportasi guna mengangkut pengungsi, korban, barang dan alat.;
Dipilihnya kendaraan roda tiga mengingat banyak kampung yang memiliki gang sempit, terlebih di bantaran sungai banyak lokasi yang tidak bisa ditempuh dengan mobil. Untuk ityu diperlukankreatifitas dan inovasi dalam memodifikasi peralatan kebencanaan yang ada.
Lebih lanjut Heroe berujar bahwa melalui pelatihan dan simulasi diharapkan akan mampu mengurangi resiko bila terjadi bencana.
Dalam simulasi di kampung Patehan ketua KTB Patehan, Nowo Edi Wijayanto mengungkapkan bahwa simulasi ini menjadikan relawan KTB jadi lebih paham karena bisa mempraktekkan secara langsung apa yang diperoleh dalam pelatihan sebelumnya.
Pun demikian dengan Harris Syarif Usman, dari KTB Keparakan Kidul, menurutnya masyarakat sangat terbantu dengan simulasi ini, siang ini kami simulasi banjir, dimana air sungai code meluap dan membanjiri rumah warga. Ada korban yang hanyut kemudian ditolong diselamatkan oleh relawan KTB yang kemudian dirawat secara medis. Dari gambaran dalam simulasi ini kami jadi tahu apa yang harus kami lakukan bila terjadi bencana banjir.(ant)