Panen Sayur RW 13 Kelurahan Karangwaru

Hidup ditengah perkotaan rasanya sangat mustahil untuk melakukan kegiatan bercocok tanam mengingat tidak adanya lahan yang luas untuk melakukan kegiatan tersebut, namun keterbatasan lahan ini tak membuat warga RW 13 Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo Kota Yogya putus asa. 

Warga yang tergabung dalam kelompok Tani Tanam Tuwuh ini memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan kosong yang ada di wilayah mereka untuk menanam sayur-sayuran, beragam sayuran seperti cabai, gambas, tomat, kobis, sledri, terong.

Dengan menggunakan media tanam berupa polybag atau pot plastik yang disusun bertingkat  sayuran tersebut mampu tumbuh subur disana. Tak sampai disitu, mereka juga menanam berbagai tanaman obat keluarga (Toga) seperti seperti jahe dan kunyit.

Keterbatasan lahan untuk pengembangan sektor pertanian di Kota Yogyakarta disiasati dengan mendorong kampung atau lorong sayur yang sudah tersebar di seluruh kelurahan dengan memanfaatkan metode “landscape” atau taman sayur.

Wakil Wallikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi pun berkesempatan menjajal sensasi memetik sayuran yang ditanam secara organik tersebut. Mulai dari selada, bayam, cabai, tomat, dan terong satu persatu dipanen olehnya.

Pada kesempatan tersebut Wawali mengapresiasi Kelompok Tani Tanam Tuwuh Kelurahan Karangwaru yang telah berpartisipasi aktif menyukseskan program pemerintah untuk menjadikan kampung dan lorong kampung di kota Yogyakarta sebagai lahan tanam sayur-mayur.

Selain itu, di bawah Kelompok Tani Tanam Tuwuh yang berhasil mengembangkan banyak varietas tanaman sayur dan buah, juga ada kegiatan yang mengangkat perekonomian lainnya: pemeliharaan lele cendol, pembuatan batik, kuliner dan sebagainya.

Semua sayur memiliki kualitas super dan memiliki kesegaran yang terjaga, menandakan perawatan sayur selama ini sudah dilakukan dengan sangat baik. "Ini juga sebagian besar pakai pupuk kandang. Hasilnya juga lebih bagus," ucapnya.

Banyak ragam sayuran dapat ditemukan di wilayah tersebut, yang dikelola oleh  Kelompok Tani Tanam Tuwuh.

“Sayur-mayur di Kampung ini bukan saja ditanam di kebun yang dikhususkan, tetapi dapat dijumpai di halaman teras dan pekarangan rumah warga,” terangnya.

Bagi Wawali, hal ini bukan saja memperindah dan menjadi hiasan di rumah warga, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi keluarga, Iapun terus mengajak warga masyarakat untuk gemar menanam sayur-mayur di rumah dan lingkungan.

Ia pun menegaskan jika Pemerintah Kota Yogyakarta terus menggencarkan konsep pertanian perkotaan dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang tidak terlalu luas, bahkan dinding pagar atau tembok sebagai tempat bercocok tanam dengan hasil yang cukup bagus.

“Bisa mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari dari halaman rumah adalah hal yang sangat luar biasa,” katanya.

Menurutnya, keberadaan berbagai tanaman sayur yang ditanam di halaman maupun dinding tersebut tidak hanya memberikan keuntungan pada warga karena tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk membeli sayur, tetapi juga berdampak untuk meningkatkan kualitas lingkungan karena lingkungan menjadi terlihat hijau dan asri.

Jika kebutuhan pangan rumah tangga sudah tercukupi, dan sayur mayur yang dihasilkan masih berlimpah maka bisa dijual dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga.

“Bahkan, bonusnya adalah menambah daya tarik Yogyakarta dan meningkatkan kualitas lingkungan di seluruh wilayah Yogyakarta jika seluruh kampung menerapkan pertanian perkotaan, bahkan bisa mendatangkan wisatawan,” katanya.

Ia pun menyarankan untuk penggunaan pupuk organik agar produk sayur yang dihasilkan warga di kampung sayur memiliki kualitas yang baik. “Dengan demikian, jika sayur ini dipasarkan, maka akan bisa memiliki daya saing yang baik karena menjadi produk organik,” katanya. (Han)