Pengajian Forkominda, istiqomah mengabdi pada bangsa dan negara

Forum Komunikasi Pimpinan Daerah/Forkominda Kota Yogyakarta menggelar pengajian rutin di Masjid Pangeran Diponegoro, Kompleks Balaikota Timoho pada Jumat pagi, 20/12 2019. Pengajian yang dihadiri oleh Dandim 0734 Yogyakarta, Kabag Tapem, Polresta, PN Yogyakarta, Kejari, Camat, Polsek, Koramil beserta jajarannya berlangsung khidmat.

Octo Noor Arafat, Kabag Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat menjelaskan bahwa kegiatan pengajian rutin ini sebagai bentuk silataruhmi dalam lingkungan Forkominda sekaligus wahana belajar bersama dalam hal keagamaan.

Mudah-mudahan melalui pengajian ini kami lebih istiqomah dalam beribadah secara pribadi maupun beribadah dalam pengabdian pada bangsa dan negara, berupa memberikan pelayan yang terbaik bagi masyarakat di Yogyakarta.

Semenatara penceramah yang memberikan siraman rohani adalah Ustadz Solehudin, dalam pencerahannya disampaikan bahwa hidayah dan taufiq itu berbeda, hidayah adalah memudahkan seseorang dalam berjalan untuk meraih tujuan yang dicitakan sejak awal, sedangkan taufik adalah seseorang yang sedang berjalan kemudian ditunjukkan arah dan jalan terbaik untuk hamba-Nya yang berbeda dari yang dicitakan diawal.

Seorang hamba yang telah berumah tangga telah memenuhi pahala separuh dari hidupnya, hal ini dapat diterjemahkan bahwa dalam kehidupan rumah tangga, hubungan interaksi antara suami, istri dan anak merupakan ladang ibadah yang tak habis-habisnya.  Bahkan dari senyum seorang istri yang membahagiakan suami pun akan mendapatkan pahala layaknya pahala orang beribadah haji.

Lebih lanjut Ustadz Solehudin berpesan bahwa keimanan adalah kunci dari rangkaian peribadahan oleh karena itu iman menduduki derajad paling tinggi. Semakin tinggi derajad keimanannya maka makin tinggi derajad ibadahnya disisi Alloh SWT.

Iman yang baik dapat dilihat dari sikap seseorang seperti cara berbicara dan cara memperlakukan mahluk lain. Seseorang yang beriman pasti akan berbicara dengan santun, senyum dan menyejukkan hati orang yang mendengarnya. Sedangkan cara memperlakukan makhluk lain dapat dilihat dari kemanfaatan seorang hamba pada lingkungannya.

Dalam menutup siraman rohaninya, menukil sebuah ungkapam dari Sayyidina Ali bin Abi Tholib, “Manusia akan menjadi anak zamannya.” Hal ini dimaksudkan bahwa zaman akan membetuk perilaku anak sebagaimana perilaku umat manusia pada zaman tersebut.  Pengajian diakhiri dengan doa bersama dan kembul bujono. (ant)