Tukangan Mengaji, Upaya Membangun Generasi Qurani

Aktifitas mengaji dan membaca Alquran di masjid setiap habis magrib  telah menjadi tradisi dan budaya umat islam di Indonesia sejak lama. Namun seiring perkembangan zaman tradisi baik ini sudah mulai banyak ditinggalkan.

Sehabis Magrib, Masjid-Masjid hanya diisi orang-orang tua. Anak-anak dan remaja lebih senang menghabiskan waktu di depan televisi atau bermain gadet.

Tak ingin tradisi yang positif dan bermanfaat ini hilang dari Kota Yogya, Kelurahan Tegalpanggung menggelar acara Tukangan Mengaji yang diikuti oleh seluruh warga tukangan, baik orang tua maupun anak – anak.

Acara tersebut dibuka oleh Wakil walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, dalam kesempatan tersebut Wawali berpesan kepada  anak-anak agar terus membaca Alquran serta mempelajari, mengamalkan, dan mensyiarkan Alquran di dalam kehidupannya. 

Sebab, lanjutnya, jika dunia tidak memiliki pondasi dari ajaran Alquran, hidup dan perilaku siswa menjadi hampa dan tidak terkontrol karena tidak dilandasi dengan ajaran Islam yang kokoh. 

Ia menilai, dengan rutin Alquran maka akan memotivasi untuk mempelajari dan mengamalkan lebih dalam ajaran Islam sehingga membuat kehidupan mereka lebih tertata dan menjadi teladan di masa depan. 

Wawali juga meminta kepada para orang tua agar senantiasa mendorong anak-anak menjadi hafiz atau penghafal Alquran.

"Anak-anak jangan sekadar bisa membaca Alquran, tetapi marilah diberikan dorongan untuk menjadi hafiz Alquran. Karena, Anak-anak yang senantiasa membaca, mempelajari dan mengamalkan Alquran akan menolong nantinya di dunia dan di akhirat," katanya dilokasi, Minggu (8/3/2020).

Ia juga mengajak masyarakat khususnya ummat Islam  di Kota Yogya untuk bersama-sama menggerakkan anggota keluarganya dalam kegiatan ‘Maghrib Mengaji’.

“Yuk bersama-sama kita ajak keluarga dalam gerakan Maghrib Mengaji. Tilawah Al-Quran dalam gerakan Maghrib Mengaji dapat membentuk rasa damai dalam diri dan menebarkan rasa tentram,” katanya. (Han)